#PDL Batuan Ombak di Pantai Maukeke

Salah satu batuan bentuk ombak di Pantai Maukeke.

Postingan pertama setelah libur Hari Raya Idul Fitri. #PDL adalah Pernah Dilakukan. Tulisan ringan tentang apa saja yang pernah saya lakukan selama ini, terutama tentang perjalanan ke tempat-tempat di luar Kota Ende.
 
Di Kabupaten Ende terpeta Pantai Maukeke, tepatnya arah Barat dari Kota Ende, melintasi jalan raya antar kabupaten. Dulunya Pantai Maukeke boleh dikunjungi wisatawan, bahkan dengan kendaraan roda dua dan/atau roda empat dapat melintasi setapak atau lebih tepatnya jalan tikus (yang membelah kebun masyarakat) dari jalan raya menuju pantai. Namun sekarang pantai tersebut sudah jarang dikunjungi. Kenapa? Karena masyarakat jengah terhadap ulah wisatawan lokal yang malah membikin tanaman di kebun mereka rusak. Saya sendiri sempat melihat tanaman ubi mereka tercerabut. Kasihan. Entah apakah sampai saat saya menulis ini pantai tersebut sudah dibuka kembali atau masih ditutup oleh masyarakat setempat ... nanti saya coba cari tahu informasinya lagi.

Beruntung saya sempat mengunjungi Pantai Maukeke, duluuuu banget tahun 2010, bareng Ilham Himawan, Arafah, dan Mbak In (keponakan). Rencananya memang hendak mengantar Arafah melihat-lihat tempat wisata di Kabupaten Ende soalnya dia kan berdomisili di Magepanda - Maumere, jadi sekalian saya juga ikutan hahaha. Rute kami waktu itu dari Situs Bung Karno, Taman Renungan Bung Karno, dan Pantai Maukeke. Saya lupa waktu itu makan siangnya di mana. Mungkin Warung Abah Turi (Bangkalan) yang menjual soto-sate kambing.
 
 Arafah dan Ilham.

Yang membikin Pantai Maukeke ini berbeda dari pantai lainnya di Kabupaten Ende adalah bebatuannya yang membentuk gulungan ombak. Tidak percaya? Itu, lihat saja gambar di awal pos ini. Bahkan ada gulungan ombak yang berbentuk sangat sempurna! Terpesonanya kami sama gulungan ombak itu sampai-sampai biarpun panas terik, tidak masalah asalkan bisa foto-foto di sana. Oia, mobilnya diparkir di lahan kosong yang sama sekali tidak mengganggu kebun milik masyarakat setempat. Bukannya membela diri, tapi kami cukup tahu diri, mengingat jerih payah masyarakat menanam tanaman di kebun mereka itu.
 
 Mbak In a.k.a. Mama Syiva.

Sekarang Ilham sudah pindah ke Makassar, Arafah masih di Maumere, sedangkan Mbak In sudah kembali ke Ende (waktu ke Pantai Maukeke itu dia masih kuliah di Farmasi di Universitas Muhammadiyah Malang). Kapan kita ke sana lagi bareng-bareng? Hehehehe. Tentu ramai karena Arafah dan Mbak In sudah punya momongan.

Setidaknya saya pernah mengunjungi pantai ini, yang letaknya tidak seberapa jauh dari pusat Kota Ende. Jadi, kalau ada yang tanya, bisa lah saya menjawab dengan akurat hahaha.


Cheers.

3 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Wuiih .. bebatuan pantainya unik sekali, kak !.
    Keren banget buat berfoto.

    Trekking ke pantainya seru juga melewati perkebunan warga.
    Sayang ya disana kok banyak pengunjung usil tangannya ngrusak perkebunan warga ...
    Semoga areanya ditata lebih terarah menuju ke lokasi pantainya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Himawan hehehe. Iya ini pantainya keren banget, tapi kemudian jarang terekspos lagi gara-gara rusaknya tanaman warga. Itu informasi yang saya dengar sih ...

      Hapus
  2. Pertama lihat langsung jatuh cinta sama bebatuannya.
    Pasti lucu dipakai untuk photo disana

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak