#PDL Ngopi Tjakep


#PDL adalah Pernah DiLakukan. Pos #PDL merupakan cerita ringan tentang apa saja yang pernah saya lakukan selama ini.

***

Saya tinggal di kampung, meskipun namanya Kota Ende, yang tidak mengenal istilah V60 atau Aeropress. Yang saya tahu seduhan kopi terenak yang juga disukai (alm.) Bapa adalah takarannya yaitu 2:1. Dua butir gula, satu jumput kopi. Dua sendok gula dan satu sendok kopi. Karena bubuk kopi yang bakal kami minum itu disangrai sendiri di rumah sampai ketek basah dan digiling di pasar dengan biaya antara 5K-an sampai 15K-an, jadi urusan seduh-menyeduh kopi ini selalu dengan takaran yang sama 2:1. Kadang saya meminum kopi tanpa tambahan gula. Rasanya? Ya rasa kopi, masa iya berubah jadi rasa yang pernah ada? Hehe.

Baca Juga : #PDL Tas DIY Celana Jin

Dulu saya pecinta kopi hitam. Kopi memang hitam sih pada umumnya. Maksud dari kopi hitam ini adalah kopi tanpa campuran apa-apa. Tanpa susu, tanpa krim, tanpa kamu. Tapi masih pakai gula. Lama-kelamaan mulai kenal Nescafe. Terus balik lagi ke kopi hitam. Sekarang, setiap pagi saya selalu meminum kopi dicampur susu bubuk. Gara-gara kadar gula dalam darah drop sampai angka 50, saya kemudian kembali meminum kopi susu + gula. Tapi? Kok? Iya, nasinya yang dikurangi atau bahkan di-skip dalam sehari, dengan olahraga maksimal tiga puluh menit setiap hari diantaranya jalan kaki dan menari sendiri dalam kamar kayak orang teler habis negak anggur satu tong. 

Tentang ngopi tjakep ini, adalah istilah saya untuk ngopi yang tidak perlu di kafe tapi sensasi kenikmatannya tiada tara.

Ceritanya ...

Mamatua adalah seorang mualaf. Tidak heran keluarga kami terdiri dari dua kelompok agama besar yaitu agama Islam dari pihak (alm.) Bapa dan agama Katolik dari pihak Mamatua. Kondisi ini membikin kami kaya raya. Adalah setiap hari raya kami saling bersilaturahmi. Manapula open house itu fardhu'ain setiap kali hari raya. Setiap Hari Raya Natal saya pasti punya jadwal tetap bersilaturahmi ke rumah adik-adiknya Mamatua dan semua saudara/i sepupu! Haha. Perjalanannya panjang banget. Belum lagi ke rumah tetangga dan teman kantor. Beda kalau Hari Raya Idul Fitri, giliran saya yang jaga gawang.

Di Kota Ende setiap hari raya adalah milik semua umat beragama. Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Natal, dan Hari Raya lainnya dirayakan bersama tanpa sekat, tanpa dogma tentang surga dan neraka.

Suatu kali, pada Hari Raya Natal yang tahunnya saya lupa, kondisi tubuh sudah super letih. Setiap Natal jadwal terakhir perjalanan kami memang di rumah Kak Selvy Bata. Nah, hari itu tibalah kami di rumah terakhir perjalanan silaturahmi, di rumah Kak Selvy yang saat itu sedang direnovasi. Tidak ada yang bisa memulihkan tenaga saya ... saya pikir ... sampai mata saya menumbuk stoples kacang mente atau kacang mede. Perlahan mata redup mulai menyala. Dengan santainya saya bertanya: Kak, ada kopi Bajawa kah? Jawabannya membikin mata saya semakin menyala.


Tjakep bener kan!?

Mari ngopi tjakep! Ngopi pada saat paling tepat, versi saya, ketika tubuh sudah tidak sanggup menampung segala macam ketupat dan lauk-pauk, es sirup, minuman bersoda, dan kukis manis semanis saya. Hihi. Seperti penangkal racun lah ini. Melihatnya, Kakak Selvy dan Kakak Marsel (suaminya Kakak Selvy yang asli Orang Bajawa - Ngada) hanya bisa terkekeh sambil geleng kepala.

Baca Juga : #PDL Menjadi Hakim Anggota

Tahun lalu saya bahkan mengajak Susan untuk bersilaturahmi bersama hahah. Dia akhirnya merasakan perayaan Hari Raya Natal di Kota Ende.

Susan, paling kiri dari kalian (kelihatan dari wajahnya donk ya) entah mengapa mendadak minta dipakaikan pashmina sama si Thika (paling kanan). Si pemilik rumah, Kakak Selvy, yang pakai baju kuning tanpa jilbab. Hehe.

Pernah, saya pernah begitu. Ngopi tjakep di rumah kakak, maupun ngopi tjakep di kantor saat sedang suntuk sama pekerjaan yang menumpuk alias banyak liputan yang belum diberitakan di media sosial dan website kampus.


Yihaaaa! Nikmatnya hidup. Ngopi tjakep di kantor saat suasana sepi dan dengerin lagu-lagunya Kitaro. Eh, dengerin lagu-lagunya John Mayer, Fastball, Norah Jones, atau lagu-lagu yang di-vintage lembut. Kata Abdur, aduh Mama sayang eee eeeeh. Meskipun saya bukan penikmat kopi di kafe, tapi urusan ngopi ini ... kita sama :D

Baca Juga : Mengumpulkan Si Kuning

Soooo ... bagaimana dengan ngopi tjakep kalian?



Cheers.

11 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Kopi itu memang hitam tapi manis dia.... Hehehehehehee mari kita ngopi tjakep. Semoga bisa ke ende...☕
    Gimana caranya bikin baca juga ......... Mau dong :) terimakasih untuk berbagi ilmu... 😍

    BalasHapus
  2. @Kak Maya:
    Huwaahahah oke, kita bahas di grup? :D

    BalasHapus
  3. aku pun juga suka minum kopi hitam. ya, masih original banget rasanya yg mana sekkarang sdh banyak muncu kopi dgn aneka rasa, ini ttg selera sih. mau kopi hitam ataaupun kopi darat yg penting seger bikin melek.

    BalasHapus
  4. @Beny Oli Sugiarto:
    Toss dooonk hehehe. Etapi kalau kopi darat mah saya mau :p qakakakak ... apalagi ditraktir #eh

    BalasHapus
  5. Kopi hitam ...
    Itu mah kesukaanku juga, kak 🙂
    Tiap pagi aku selalu ngopi.
    Sempat 2 kali bahkan lebih ngopinya, tapi lama kelamaan kuperhatikan kebanyakan ngopi maagku kambuh yang berujung migrain.

    Salut dengan toleransi agama keluarga kak Tuteh 👍.
    Ini bisa jadi contoh buat siapapun yang membaca post ini.
    Sudah SEMESTINYA kita itu saling menghormati kepercayaan atau keyakinan beragama orang lain.

    BalasHapus
  6. kalau saya sukanya kopi kw alias sachet-an hehehe

    BalasHapus
  7. Kopi menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian saya. Dengan ngopi tjakep, ratusan terkadang ribuan kata mampu terangkai dari abjad yang jumlahnya hanya 26 saja. Dengan ngopi tjakep, inspirasi muncul dan mengalir tiada henti. Hehe

    BalasHapus
  8. @Tanza Erlambang - Speed Up:
    Hahahah asyik sekali memang :)

    @Himawan Sant:
    Iya sih kalau yang sakit maag katanya jangan terlalu sering ngopi ... entahlah ... ke dokter dulu supaya tahu pasti hehehe.

    Iya, Himawan, toleransi itu memang wajib dilakukan, kalau enggak ... ya gimana ya ... aneh hehehe.

    @Wuri Nugraeni:
    Hahaha sama. Dulu tergilagila sama ABC Mocca *nulis merek nih* haha.

    @Rustam Renaldy:
    Setuju sekali! Kadang kalau sedang mentok mau nulis apa, dengan ngopi secara sugesti beneran membantu mengalirkan kata demi kata ya :D

    BalasHapus
  9. Kalau camilan ngopi tjakep nya di ganti Martabak mini buatan saya tambah enak tuh....Kapan ya saya bisa minum kopi hasil olahan sendiri rasanya pasti beda jauh dengan kopi sachetan

    BalasHapus
  10. aku blm pernah minum kopi itam, or kopi pait hahahah, ngga kuat mba, asam lambungku pasti naek. Ku bukan pengemar kopi, cuman minum kopi kl lagi pengen itupun hrs yg manis & banyak creamer hahaha. ngopi + cemilan itu membahayakaaan karena nanti ngga bisa berhenti, apalagi pake kacang mede.. wah bisa2 abis kacangnya setoples kopinya mah cuman segelas kecil doang :D

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak