Dua Penjelasan Tentang Terjadinya Bencana Alam Gempa

Gambar diambil dari sini.

Di dalam Ilmu Hukum ada istilah force majeure dan overmacht. Tapi untuk kondisi yang satu ini lebih cocok jika saya memakai istilah force majeure. Force majeure merupakan istilah untuk suatu kondisi yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindari. Biasanya force majeure merujuk pada act of God. Salah satu contohnya adalah bencana alam such as gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan lain-lain.

Minggu, 5 Agustus 2018, terjadi gempa bumi di dua tempat. Meskipun tidak bersamaan, tapi rentang waktunya hanya sekitar satu jam (CMIIW). Yang pertama di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sekitar pukul 18.00 Wita. Yang kedua di Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat, sekitar pukul 18.46 Wita. Sebelumnya pada 27 Juli 2018 sekitar pukul 03.00 Wita terjadi gempa di Kabupaten Ngada dengan kekuatan M = 5,2 SR berpusat di Laut Sawu.

Pada 12 Desember 1992, gempa berkekuatan 7,8 SR mengguncang Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, dan daerah sekitarnya seperti Kabupaten Ngada dan Kabupaten Flores Timur. Di Kabupaten Ende gempa tidak berpotensi tsunami, tapi di Kabupaten Sikka tsunami setinggi 30-an meter yang menenggelamkan Pulau Babi dan menghancurkan daerah tepi pantai (apalagi di Kabupaten Sikka itu pantainya landai tipikal pantai Utara). Waktu itu, Kakak Toto Pharmantara (alm.) yang bekerja di P.T. Telkom mengabari kami yang sedang berkumpul di teras rumah dengan perasaan cemas, bahwa CNN mengabarkan Pulau Babi tenggelam. Informasi hanya kami peroleh dari Kakak Toto karena listrik padam total - kalau gempa tersebut disiarkan pun kami tidak dapat menyalakan televisi.

Saya masih kelas 2 SMP. Baru pulang ujian. Tubuh panas (sakit). Tetapi ketika bumi bergoncang yang dapat saya lakukan hanyalah meloncat dari kasur berlarian membabi-buta ke luar rumah. Perasaan kacau-balau melihat orang-orang memukul panci berteriak "Kami latu! Kami latu!". Teriakan itu berarti "Kami ada! Kami ada!" dan ditujukan kepada 'penjaga' bumi agar bumi tidak 'dia' goncangkan.

Ada dua penjelasan tentang terjadinya bencana alam gempa.

Yang pertama:
Kehendak Illahi. Ketika Allah SWT sudah berkehendak, tidak ada manusia yang mampu menahannya apalagi melawannya. Hanya do'a yang dipanjatkan, memohon agar Allah SWT menghentikannya.

Yang kedua:
Mari kita simak apa kata Wikipedia:
Gempa bumi adalah getaran atau getar getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli

Hanya dua penjelasan di atas yang paling logis, yang bisa saya pikirkan, sebagai orang yang sedikit beriman dan sedikit berilmu. 

Lucunya (bukan bermaksud tidak punya perasaan terhadap saudara-saudara korban gempa bumi di Lombok Utara, konteksnya beda), ada orang-orang yang mengaitkan gempa bumi dengan politik.

WHAT THEEEEEEEE !@#&^%@
ARE YOU HUMAN!?

Sahwat politik jangan dikait-kaitkan dengan gempa. Come on, yang beradab sedikit lah. Masa iya gara-gara sahwat politik yang sudah di ubun-ubun membikin kalian menjadi bukan manusia lantas dengan entengnya bilang, "Rasain! Makanya jangan bla bla bla ... Tuhan marah kan!?" Artinya, kalian senang melihat penderitaan saudara-saudara setanah-air? 

L U C U !

Allah SWT punya rencanaNya sendiri dan reaksi alam salah satunya (karena act of God) dan bisa pula dijelaskan secara ilmiah. Tidak ada cerita bencana alam, salah satunya gempa bumi, terjadi karena ada kaitannya sama politik. Ini seperti memaksa bocah kelas 1 SD percaya bahwa 1 + 1 = 3. Membaca pernyataan ini itu membikin saya geleng-geleng kepala. Orang Ende bilang, "Mo bilang apa lai?" Pikirannya sudah ke arah sana, sana, dan sana.

Mari, bersama-sama kita bantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah (bencana alam), jika tenaga tidak dapat kita sumbangkan, do'a adalah bantuan terbaik dari jauh.


Cheers.

5 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Setuju bnagat, khususnya yang membahas kehendak Allah

    BalasHapus
  2. Setuju bnagat, khususnya yang membahas kehendak Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa hehehehe :) Allah SWT sudah berkehendak, siapa yang bisa melawan? :D

      Hapus
  3. Aku pernah tinggal di Padang pas jaman gempa, waktu itu belum terlalu seperti sekarang yang apa2 masuk ranah politik. Tapi gimanapun gempa ini sangat mencekam dan rawan bikin trauma. Belum lagi kalau area terdampak di deket pantai, waduh dobel cemas ama tsunami ya. Semoga ke depannya pembangunan di sini lebih peduli sama gempa jadi relatif aman kalau beruntun gempanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali. Saya masih trauma sama gempa 1992 lalu yang meninggalkan suasana cukup mencekam/ketakutan semua orang. Iya semoga pembangunan lebih peduli sama gempa ke depannya ... Amin Amin YRA.

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak