Sisi Lain Dunia Gulat Dalam Dangal

Yess, that's true!

Dikarenakan saya enggan beranjak dari kursi di depan meja kerja untuk menghidupkan si laptop khusus filem, maka saya batal menulis sebuah filem berjudul Pele: Birth of a Legend, padahal momennya tepat dengan ajang Piala Dunia sepakbola yang bikin linimassa ramai bukang main; muncul begitu banyak komentator sepakbola musiman, hihihi. Eits, tidak boleh marah sama saya *siul-siul* Meskipun bukan penggemar sepakbola, tetapi filem-filem drama biografi selalu menjadi favorit saya, seperti filem tentang Pele. Saya pikir kalian juga pasti gemar menonton filem drama biografi.

Laptop khusus untuk menonton filem itu menunggu di pojokan, menunggu saatnya dihidupkan saat malam hari menjelang tidur ... sesekali.

Akhirnya saya memikirkan tentang filem ini: Dangal. Sebuah filem yang nongkrong di laptop kerja dan nampaknya belum juga ada keinginan untuk menghapusnya. Karena, ini filem drama biografi! Meskipun tidak sepenuhnya lupa, tapi saya harus menonton ulang untuk menulis review filem ini. Saya kuatir ngawur menulis.

Baca Juga:

Puncak Amir Khan merebut perhatian saya (duh) adalah filem Three Idiots. Filem cerdas a la anak kuliahan disertai bumbu romansa dan betapa killer-nya si Rektor yang mengajarkan kita tentang perjuangan kaum muda untuk mencapai sukses. Ada yang melalui jalur umum, ada yang melalui jalur khusus, ada pula harus ber-underground (woloh, bahasanya kacau). Ketika mengetahui filem Dangal juga diperankan oleh Amir Khan, maka saya wajib menontonnya. Apalagi ... drama biografi hehe.

Informasi dari Wikipedia:
Dangal (Bahasa Indonesia: Kompetisi Gulat) adalah sebuah film drama olahraga India yang disutradarai oleh Nitesh Tiwari dengan aktor utama Aamir Khan. Film ini diproduksi oleh Walt Disney Pictures, Aamir Khan Productions dan UTV Motion Pictures. Film yang dirilis di India pada 23 Desember 2016 ini berdasarkan kisah nyata tentang Mahavir Singh Phogat, seorang pegulat senior India yang berhasil melatih anak-anak perempuannya, Geeta Phogat dan Babita Kumari untuk menjadi pegulat kelas dunia, keduanya berhasil memenangkan medali di Commonwealth Games 2010.  

Selain Amir Khan sebagai mantan pegulat Mahavir Singh Phogat, filem ini juga diperankan oleh Fatima Sana Shaikh sebagai Geeta Phogat (Geeta kecil diperankan oleh Zaira Wasim), dan Sanya Malhotra sebagai Babita Kumari (Babita kecil diperankan oleh Suhani Bhatnagar). Mahavir sebagai mantan pegulat punya keinginan agar anak laki-lakinya kelak dapat meneruskan jalannya sebagai pegulat juga. Namun sayang, tiga anak hasil pernikahannya dengan Daya Shobha Kaur (diperankan oleh Sakshi Tanwa) semuanya perempuan. Mahavir hanya bisa mengenang masa kejayaannya dulu menjadi juara gulat nasional.

Filem ini dari sudut pandang si penutur yaitu Omkar.

Suatu hari sepulang kerja Mahavir menemukan pemandangan rumahnya didatangi oleh orangtua anak laki-laki dari sekolah Geeta dan Babita. Anak laki-laki itu memar (habis berkelahi hebat). Mahavir memarahi keponakan laki-lakinya si Omkar tetapi Omkar menjawab, "bukan saya yang melakukannya!" dan si istri berkata, "Geeta dan Babita yang melakukannya." Dari situ timbul keinginan Mahavir untuk menjadikan Geeta dan Babita pegulat tangguh. Sang istri menentang karena itu anak perempuan bukan anak laki-laki. Namun Mahavir bersihkeras, dia berkata bahwa mulai sekarang Geeta dan Babita tidak melakukan pekerjaan rumah tangga melainkan berlatih fisik: senam, lari, push up, dan lain sebagainya.

Kerasnya latihan fisik, harus bangun lebih pagi untuk berolah raga, dan aturan asupan makanan dan minuman yang menyiksa, Geeta dan Babita mengadu pada ibu mereka:

Geeta: Kami akan mematuhi segala perintahmu, Ibu.

Babita: Tapi selamatkan kami dari gulat.

Daya: Dalam satu tahun ini, lupakan kalian punya Ibu.

*secepat kilat Geeta dan Babita beranjak*

Daya: Hai! Begitu cepat kalian melupakan!

Bumbu-bumbu lucu ini yang membikin filem Dangal begitu membetahkan meskipun durasinya lebih dari 2 (dua) jam!

Stigma tentang anak perempuan di medan gulat yang konon tabu, membuat Mahavir kesal. Pimpinan kelompok pelatihan gulat berkata kepada Mahavir: Sungguh tak masuk akal, Mahavir. Gadis di arena gulat? Kau ingin menambah dosaku di usiaku ini?

Tidak habis akal, Mahavir mempersiapkan sendiri tempat latihan gulat untuk Geeta dan Babita. Mahavir menyiapkan arena latihan gulat di tengah ladang dan amat sederhana (beralas tanah). Geeta dan Babita mulai mengikuti latihan dengan mentor ayah mereka sendiri itu (mereka sudah latihan fisik dasar lainnya cukup lama).


Ada kalimat Mahavir yang menohok perasaan saya di sini:

Hormati selalu tanah airmu!
Semakin tinggi rasa hormatmu,
Semakin banyak penghormatan balasan yang akan kau terima.

Langsung nyanyi: Indonesiaaaaa tanah air beeeetaaaaa ...

Perjalanan panjang sejak awal latihan ini lah yang menjadi magnet filem Dangal. Diselipi dengan momen-momen lucu, dan percakapan cerdas khas filem Amir Khan, membikin saya semakin enggan menggeser bokong dari kursi. Meskipun stigma soal anak perempuan dan gulat yang tabu itu masih terus dikumandangkan oleh teman-teman Mahavir sendiri, tekad Mahavir sudah bulat. Geeta dan Babita yang awalnya selalu duel, kini harus duel sama saudara sepupu mereka, si Omkar itu. Hehehe.

Saat Geeta dan Babita mengeluh rambut mereka bisa rusak gara-gara latihan khayang, Mahavir malah membotaki kepala keduanya. Selesai. Demikian kerasnya Mahavir pada anak perempuannya, tapi sebenarnya itu adalah bukti sayangnya pada mereka. Dia tidak hanya memuaskan hasratnya untuk tetap dikenal sebagai pegulat nasional melalui Geeta dan Babita, tapi dia melihat bakat Geeta dan Babita memang harus di gulat (mengalir dalam darah mereka), dan harus diarahkan agar tidak sembrono 'di jalan, berkelahi dengan anak laki-laki'.

Cantik dan jawara gulat. Ini di filem, aslinya si Geeta Phogat juga cantik loh!

Pada akhirnya Geeta masuk ke sebuah Akademi Nasional Gulat dan menerima latihan metode gulat yang berbeda dari pelatihnya (dengan latihan dari ayahnya sendiri). Awalnya Geeta selalu menang di setiap kompetisi dan merasa teknik latihan dari pelatihnya lah yang paling benar. Sampai kemudian Babita juga ikut masuk ke akademi yang sama dan mengingatkan Geeta pada latihan-latihan yang diberikan oleh ayah mereka. Geeta tidak peduli, bahkan saat pulang ke rumah dia berduel dengan Mahavir dan menang. Dia ingin menunjukkan bahwa metode latihan dari si pelatih lah yang paling benar.

Sayangnya Geeta mulai kendur. Entah karena metode latihan yang tidak terlalu keras atau karena kehidupan remaja yang mulai dia masuki. Dia mulai menuai kekalahan karena kurang fokus, sudah mengenal televisi, mengenal dunia wanita (kecantikan) dan lain sebagainya. Sebenarnya tidak ada yang salah ketika Gheeta mulai mengenal dunia wanita, toh dia kan wanita. Tapi mungkin dia mulai melupakan petuah dari orangtuanya. Mungkin ...

Gambar dari sini. Yang asli tak kalah cantik kan? Geeta nih! Cantik dan seksi!

Kekalahan demi kekalahan tersebut yang menyebabkan Geeta sadar bahwa dia telah bersikap salah selama ini dan meminta maaf pada Mahavir. Dari sini Mahavir mulai mengintervensi dunia gulat Geeta dan Babita dengan kembali menjadi mentor 'bayangan'. Mereka kembali latihan fisik pukul 05.00, bukan pukul 07.00 seperti aturan di akademi. Sampai ulah Mahavir sekeluarga ini diketahui oleh si pelatih dan dua anak perempuan itu terancam dikeluarkan dari akademi dan terancam tidak dapat mengikuti kejuaraan gulat internasional.

Mahavir meminta maaf pada dewan pembina akademi dan berjanji tidak akan mengintervensi lagi. Tetapi dia meminta rekaman pertandingan Geeta terlebih saat Geeta kalah untuk mencari tahu penyebabnya. Momen lucu diselipkan lagi di sini, saat mereka menyewa bioskop kampung (semacam layar tancap indoor) untuk menonton video pertandingan Geeta yang membikin si pengelola bioskop kepo, mereka nonton filem apa sih? Filem DEWASA apaaa sih!? Hehe. Dari video itu, Mahavir membaca kelemahan-kelemahan lawan yang seharusnya bisa dimanfaatkan Geeta untuk mengumpul angka.

Walhasil, singkat kata singkat cerita, pada akhirnya Geeta dan Babita berhasil memenangkan medali di Commonwealth Games 2010. Prestasi yang sangat membanggakan Mahavir, keluarga, kampungnya, juga Negara India. Meskipun saat tanding final, Mahavir tidak dapat menyaksikannya langsung karena dikunci di gudang/ruang alat bebersih sama antek-antek pelatihnya Geeta yang merasa kesal karena Geeta seakan berkata pada awak media bahwa Mahavir lah yang berperan penting dalam dunia gulatnya. Dasar pelatih ...

Filem Dangal mengajarkan pada saya banyak hal. Salah satunya yang bisa kalian lihat pada awal pos: Sebuah teladan yang diajarkan kepada anak-anak, takkan pernah terlupakan.

Yess, that's true.

Bagaimana, kawan, weekend ini mau nonton filem Dangal? Bagi yang sudah pernah menontonnya, silahkan ditonton lagi. Siapa tahu kalian juga pengen jadi pegulat, hahaha. Tapi yang jelas moral of the story-nya super banyak! Tentang kehidupan di dalam rumah tangga, hubungan emosional suami-isteri dalam mendidik anak, hubungan orangtua dan anak-anak, pergaulan anak-anak, kerja keras untuk menggapai cita-cita, dan berani untuk mendobrak stigma yang mengekang kebebasan manusia.

Selamat berakhir pekan.


Cheers.

9 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Waaah ... kak Tuteh saking semangatnya nonton film Dangal di laptop dan membaca kalimat Mahavir , langsung reflek nyanyi 'Indonesia tanah air betaaaaaa' ...

    Ssst, nyanyi kencengnya ngga sampe ngagetin seiisi rumah kan, kak 😃 ?.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huwakakakakak suara saya ini cempeng, Himawan :D nyanyinya kenceng2 supaya banyak yang kesal hihihi :P

      Hapus
  2. Kalau pk udah nonton beloooom ini q juga sudah beb.. , gk tahan liat sixpact nya 🙌🙌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bikin ngiler yaaaa... kapan punya bodi begeteh :D hahahaha.

      Hapus
    2. Xixixi tontong juga film amir yag judulnya "PK" beb.. keren lo

      Hapus
  3. Salah satu film favorit saya setelah The Equalizer dan sederet film denzel washington. sebenarnya saya malu mengakui ini tapi saya terharu hingga tak kuat menahan air mata saat malam geeta meminta maaf kepada ayahnya. duh kalau teringat lagi jadi pingin nonton lagi. tak pernah bosena sama film satu ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Pakudin, saya tidak pernah menyesal menonton ulang filem2 yang bagus seperti ini huehehe. The Equalizer!? What a freat movie!!!!!

      Hapus
  4. wah...😀 Keren ya, saya juga suka banget sama filmnya amir khan yang three idiot itu.
    Baca artikel ini pun bikin saya tenggelam dalam cerita filmnya, dan jadi pengen nonton.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah *toss* Three Idiots itu best lah ya, sist hehe. Kalau yang ini juga keren, nonton ulang-ulang juga tidak bosan.

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak