#PDL Big Four


#PDL adalah Pernah Dilakukan. Tulisan ringan tentang apa saja yang pernah saya lakukan selama ini, terutama tentang perjalanan ke tempat-tempat di Pulau Flores dan di luar Kota Ende. 
***

Sebagai Kuli Kamera part time, saya selalu siap menerima orderan apalagi jika bisa mengakalinya dengan waktu kerja yang Monday to Saturday itu. Kalau ada hari libur, apalagi hari terjepit, maka saya bisa menangani orderan dengan lebih santai karena tidak diburu waktu. Untungnya, beberapa pihak yang butuh atau mengorder jasa saya itu adalah sahabat-sahabat sendiri yang notabene sangat paham dengan kalimat, "Sabtu siang sampa Minggu saya free." Kebetulan orderannya bersifat video kreatif yang tidak mesti pada tanggal dan jam tertentu. Bayangkan saja kalau mendokumentasikan pernikahan orang mesti menunggu waktu luang saya. Hahaha. Bisa kiamat. Untungnya saya selalu dibantu sama asisten tukang syuting baik hati, namanya Cahyadi. Urusan mengedit, biarlah saya yang menanganinya.

Februari 2017 saya menerima orderan dari Rikyn Radja yang menjadi koreografer ibu-ibu Persit (Ipersit). Mereka bakal mengikuti lomba menari kreatif yang dikirimkan file tariannya dalam bentuk video (keping DVD/flashdisk). Asyik kan? Lomba menari tapi tidak perlu tampil di panggung. Rasanya lebih bebas dan tidak perlu grogi. Etapinya ... siapa bilang tidak grogi? Menari di depan kamera juga bisa bikin grogi loh.

Ada dua tarian dengan tiga lokasi syuting. Salah satu lokasi syutingnya di Danau Kelimutu. Maka berangkatlah kami malam itu menuju Desa Agrowisata Waturaka. Rikyn Radja, Stanis More (konduktor ternama nih hahaha), Yessi Sila, Nana Rae, Deth Radja (MuA ngetop nih) dan Om Into (suaminya Deth). Saya sendiri dibonceng Sampeth. Yang tersayang huhuy. Dari Ende sekitar jam 9 malam, tiba di Waturaka sekitar jam 11 malam. Kami menginap sementara di Igen Live In, penginapan gaya rumahan milik keluarganya Rikyn dan Deth. Bukannya langsung tidur, kami malah haha hihi tidak jelas. Baru naik kasur jam 1 pagi. Jam 2-an sudah dibangunkan Rikyn karena Ipersit sudah menunggu di Balai Taman Nasional Kelimutu (kantor di belakang pos jaganya). Mereka siap di-make up oleh Deth.

Singkat kata, singkat cerita, jam 3 pagi berangkatlah kami ke balai yang jaraknya sudah dekat dari Waturaka. Di sana Ipersit sudah pada selesai mandi / cuci muka, siap di-make up. Tugas saya dan Sampeth, tentu saja masih lama. Pada akhirnya saya, Sampeth, dan Stanis memilih untuk melanjutkan tidur yang belum tergenapkan itu. Sekitar jam 6 pagi, semua Ipersit sudah selesai di-make up, lantas berangkatlah kami menuju Danau Kelimutu. Sekitar duapuluh Ipersit, harus bermental baja menari tidak saja di hadapan kamera tapi juga di hadapan para penduduk lokal yang berjualan kopi di dekat Tugu Danau Kelimutu, dan para pengunjung lainnya! Haha. Fiuh. Tidak mudah ... memang. Tapi mental Ipersit patut diacungi jempol! Luar biasa bisa mengenal mereka selama hampir semingguan proses syuting (setelah Danau Kelimutu masih ada empat lokasi syuting lagi yang berjalan seminggu).

Acara syuting di puncak Danau Kelimutu dan di dekat dakutatae berakhir sekitar jam 11 siang. Saya dan Sampeth memutuskan untuk segera pulang, tidak lagi mampir di Igen Live In. Kami diserang hujan di tengah perjalanan, harus berhenti dan beristirahat beberapa kali, sebelum akhirnya tiba di Ende.

Pernah. Saya pernah begitu. Pergi malam pulang siang. Hehe. Tapi saya juga pernah lebih ekstrim lagi melakukan perjalanan yang bukan main melelahkan. Nanti lah saya cerita di #PDL yang lain.

Foto di awal postingan: Deth, Nana, Yessi, dan saya. Kami adalah Big Four. Waktu itu masih empat, belum ada Jennipers Squad. Kenapa sampai dikatakan Big Four? Yaaaa you know lah, melihat dari kondisi tubuh dan kondisi kejiwaan, tidak mungkin kami dinamai Jelita Four. Bisa mengamuk lah orang se-Kota Ende. Kesamaan dari empat perempuan di dalam foto itu? Sama-sama tangguh mengarungi Pulau Flores menggunakan sepeda motor, tidak pernah mengeluh dalam kondisi apapun dan cuaca buruk sekalipun, dan makanan adalah hal yang sulit ditolak. Soal mengeluh, aduh, rasanya saya tidak bisa membayangkan tiga yang lain itu mengeluh. Yang saya tahu, mereka bakal ngetawain apapun meskipun sambil nangis. Sangat beruntung saya mengenal mereka. Dari mereka pula saya memperkuat apa yang sudah saya pelajari selama ini: selalu ada sisi lain dari setiap peristiwa.
 
Kapan jalan lagi?


Cheers.

2 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Uhuy... miss indonesia lagi foto foto 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hwakakkakakak sering syuting dan foto orang, sesekali foto diri sendiri boleh donk hahahah :D

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak