Kisah Bulan Madu yang Tidak Biasa

Saya punya bukunya, dikasih sama Nike aka @Dreeva. Tapi karena malas mencarinya di lemari, ya sudah, gambar saya ambil dari Google.

Masalah datang bukan untuk menghancurkan, sebenarnya. Adalah kita yang menentukan apakah masalah itu akan menjadi buldozer yang kelak menghancurkan hidup, ataukah masalah hanyalah salah satu mata pelajaran layaknya Matematika yang butuh untuk dipelajari (dan diselesaikan) dengan rumus-rumus pasti. Adalah kita yang menentukan apakah orang lain (orangtua, saudara, tetangga, teman) dapat menjadi tempat curhat terpercaya atau mereka justru harus dihindari agar memberi ruang pada kita untuk berpikir. Adalah kita, kita, diri kita sendiri. Bukan orang lain.

Sebuah buku jadul yang kali ini saya review, ulang, berjudul Honeymoon with My Brother. Belum semua orang membacanya dan saya rasa layak untuk dibaca oleh semua orang. Mengapa eh mengapa judi itu haram? Karena ada banyak pesan yang bisa kita petik di sini ibarat memetik bunga di taman. Seorang blogger, dedengkotnya Wongkito, memberikan saya buku ini. Namanya Nike. Pertama lihat langsung suka sama judulnya dan menebak-nebak isinya cem mana niiiiy. Ternyata pesan yang disampaikan oleh Honeymoon with My Brother lebih dari tentang pertahanan diri menghadapi banjir badang yang menyerang pada saat tak terduga. Semacam pas mau makan, nasinya disambar gajah. Padahal perut sudah merintih tak karuan. Begitu kira-kira.

Memangnya, apa pesan yang saya peroleh dari buku berdasarkan kisah nyata oleh Franz Wisner ini?

Sebelumnya, mari saya ringkas dulu ceritanya.

Franz Wisner adalah lelaki mapan yang berpacaran sama seorang perempuan bernama Annie selama sepuluh tahun. Mereka telah hidup bersama dan merencanakan pernikahan. Merencanakan pernikahan bukan perkara mudah kecuali saya soalnya saya berencana menikah di KUA saja agar tidak rempong. Franz dan Annie, seperti umumnya orang yang hendak menikah, merencanakan segala sesuatunya from A to Z. Tanggal pernikahan, lokasi pernikahan, tamu-tamu yang diundang, menu-menu lezat, bahkan rencana bulan madu usai pemberkatan nikah. Sayang sekali, ya, Annie memutuskan untuk TIDAK MENIKAH dengan Franz seminggu sebelum pernikahan. Pada saat itu, tamu-tamu dari luar kota sudah tiba dan menginap di hotel. Kecewa pasti iya. Tapi Franz adalah pribadi yang kuat. Meskipun kecewa dan malu (tentu ada rasa marah) dia memutuskan untuk tetap melanjutkan semua rencana pernikahan, kecuali pemberkatan, tanpa Annie. Pemberkatan memang tidak jadi, tapi acara resepsi terselenggara di Sea Ranch (California) dan bulan madu pun tetap dilewati bersama adik Franz yang bernama Kurt Oscar Wisner (sebenarnya mereka berdua tidak terlalu dekat).

Setelah resepsi/pesta di Sea Ranch, ditemani Kurt yang meninggalkan pekerjaannya di Seattle, Franz tetap pergi berbulan madu ke Kosta Rica. Boleh juga ini, karena pada akhirnya hubungan mereka yang renggang kembali baik. Di Kosta Rica, ide untuk melanjutkan perjalanan (traveling keliling dunia) pun tercetus. Franz resign dari tempat kerjanya di The Irvine Company, Kurt yang sudah menduda kemudian menjual rumahnya, semua barang miliknya disumbangkan, HP dan pager wajib ditinggalkan. Pertengahan Agustus 2000, setelah semuanya mantap, Franz dan Kurt memulai perjalanan mereka. Bahkan mereka mendapat dukungan penuh dari si nenek tiri yang bernama LaRue Bocarde Daulton. LaRue meminta mereka mengirimkan kartu pos dari semua negara yang disinggahi (termasuk Indonesia loh), dan akan memberi tanda paku pada peta dunia miliknya.

Ringkasan Honeymoon with My Brother di atas kiranya dapat memberikan bayangan pada kalian yang belum membacanya tentang status Franz, masalah yang dihadapi, dan apa yang dia lakukan untuk mengatasi/keluar dari kemelut tersebut. Hebat ya.

Lalu, pesan moral apa yang saya peroleh dari membaca buku ini? 

Cekidot!

1. Perasaan Manusia Seluas Samudera

Ketika membaca tentang Annie meninggalkan Franz seminggu sebelum pernikahan, saya hanya bisa bilang, perasaan manusia seluas samudera. Sulit ditebak luas dan kedalamannya. Menggunakan alat untuk mengukur pasti? Alatnya belum tercipta. Jadi, manusia adalah makhluk yang pikiran dan perasaannya dapat berubah-ubah kapan saja. Pikiran dapat mempengaruhi perasaan. VICE VERSA! Jangankan mereka yang baru pacaran sepuluh tahun, banyak pasangan yang sudah menikah puluhan tahun pada akhirnya pun memutuskan untuk berpisah. Hubungan adalah ketidakpastian yang butuh banyak elemen untuk mempertahankannya seperti iman dan logika. Jangan hanya andalkan perasaan. Tapi tetap saja saya merasa Annie keterlaluan teganya. Mending kan sekalian tidak usah merencanakan pernikahan sehingga duitnya bisa disimpan atau disumbangkan pada pihak-pihak yang lebih membutuhkan. Dalam pandangan saya.

2. Belajar Ikhlas

Dari Franz Wisner, belajarlah tentang ikhlas. Ikhlas adalah ilmu yang paling susah dikuasai manusia. Jangankan merelakan pernikahan batal, sepotong kukis selebar separuh telapak tangan saja enggan kita bagi pada orang lain. Bagaimana dengan Franz? Dia tidak hanya harus rela membagi sepotong kukis selebar separuh telapak tangan, tetapi harus rela melepas perempuan yang selama sepuluh tahun telah menjadi belahan hatinya, bagian hidupnya. That's life. Unpredictable. Mampukah kita seikhlas Franz? Yaoloh ... yang ada malah kita bakal ngamuk-ngamuk, mengacung tongkat sihir, dan mengutuk abrakadabra. Dari Franz kita belajar ikhlas, bahwa kehidupan kita mungkin sulit, tapi apakah sesulit Franz menghadapi perilaku Annie pada detik-detik menjelang pernikahan? Eh, seminggu menjelang pernikahan? Percayalah, di atas langit masih ada langit, permasalahan kita belum seberapa dibandingkan permasalahan orang lain.

3. Keluarga Adalah Supporter Terbaik

Memang benar, tidak selamanya keluarga punya pemikiran yang sama dengan kita. Banyak pasangan yang berpisah hanya gara-gara pendapat si paman yang mengatakan bahwa "Pacar kamu itu nggak bener! Putusin aja!" Kalau di Ende, urusan macam begini sering terjadi. Dua insan sudah cocok, keluarga cekcok, akhirnya terkocok-kocok. Tapi banyak juga kok keluarga yang tidak seberapa turut campur dalam urusan anggota keluarganya, terlebih mereka-mereka yang hidup di belahan bumi Barat, yang super open minded. Membaca perjuangan Kurt menemani Franz, dan dukungan LaRue, kita tahu bahwa keluarga dapat menjadi supporter terbaik. Berapa banyak jumlah kejatuhan kita dalam hidup? Berapa banyak jumlah pertolongan anggota keluarga terhadap kita? Ini penting, kawan. 

4. Traveling Is Remedy

Bukan cerita baru jika bepergian merupakan salah satu obat patah hati. Banyak lah cerita fiksi tentang hal ini, yang non-fiksi tentu lebih banyak lagi. Patah hati? Jangan menangis di dalam kamar, terus gigit-gigit ujung bantal, pukul-pukul guling macam orang kesurupan. Ambil backpack, packing, berangkat! Pergi ke tempat-tempat yang sudah lama ingin dikunjungi tapi selalu terkendala segala hal, mengenal orang-orang baru, menyenangkan hati. Yess, traveling is remedy.

5. Bulan Madu yang Tidak Biasa

Saatnya kita mengganti hal ini. Bulan madu adalah bulan kesenangan semanis madu. Tidak tertulis, memang, bulan madu haruslah dijalani oleh pasangan yang baru menikah, atau oleh sepasang kekasih (laki-laki dan perempuan). Come on, pergilah berbulan madu dengan siapapun yang kalian kasihi! Jika orangtua kalian sudah terlalu lama berada di dalam rumah saja karena usia atau sakit, ajaklah mereka berbulan madu, pergi ke tempat yang mereka inginkan, menginap di hotel, bersenang-senang, berbagi cerita. Apa yang salah dengan itu? Atau, pilihlah sahabat terdekat yang selalu berada di sisi ketika suka dan duka, bayarlah semua biaya perjalanan untuknya, bersenang-sedang dengannya. Apa yang salah dengan itu? Lakukan sekarang, selama masih ada kesempatan.

Lima pesan moral yang saya peroleh dari membaca Honeymoon with My Brother di atas cukup penting menjadi pelajaran hidup paling berharga. Kita bisa belajar dari pengalaman hidup sendiri, tapi kita juga dapat belajar dari pengalaman hidup orang lain. Siapapun yang berada pada posisi Franz mungkin akan mengalami trauma yang sulit sembuh; memilih tidak akan menikah selamanya, misalnya. Tapi ingat traveling is remedy, jadi bepergianlah, dan obati luka hati. Bergerak maju lah, karena menangis di kamar tidak akan mengembalikan dia yang telah pergi. Membaca Honeymoon with My Brother, saya belajar dari Franz tentang ikhlas, tentang mengobati kehidupan dan perasaan, tentang hubungan keluarga, dan masih banyak hal. Termasuk, belajar tentang perbedaan budaya dari setiap negara yang mereka kunjungi. Menarik bukan?

Liburan Paskah yang masih beberapa hari ini, cobalah untuk membaca Honeymoon with My Brother (jika belum membacanya) dan kalian akan merasa terlahir sebagai pribadi yang baru.


Cheers!

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak