Intelegensi Embun Pagi

Cover Intelegensi Embun Pagi.



Penantian saya akan Intelegensi Embun Pagi (IEP) berakhir sudah. Kayaknya harus sujud syukur ini, sodara-sodara! Beberapa minggu terakhir cukup ngiler-bergembira melihat netizen pada foto-foto-cantik dengan novel karya Dee (Dewi Lestari) yang paling ditunggu setelah buku pertama Supernova yaitu Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh terbit pada tahun 2001. Terima kasih Gek Judith (Mam Pyer) yang rela travelbag-nya ditambah beban IEP setebal 700 halaman ini ... lintas pulau, lintas lautan.

*hela nafas panjang*

Sayang sekali. 700 halaman itu ternyata saya lahap hanya kurang dari sehari. Dan ... dan ... saya masih bertanya-tanya kenapa sebegitu cepatnya saya melahap Intelegensi Embun Pagi seumpama manusia makan tanpa melalui proses mengunyah tetapi langsung ditelan *blooom!* jatuh ke lambung. Ah, saya kehilangan esensi Supernova di dalam Intelegensi Embun Pagi! Terakhir, usai membaca Gelombang, saya pikir akan dibawa pada kisah peradaban yang gimanaaalah begitu. Eh, Intelegensi Embun Pagi malah menyajikan kejar-kejaran antara Sarvara dengan musuh-musuhnya yaitu Infiltran dan Peretas. Sudah? Hanya sebegitu saja? Iya, hanya sebegitu ketika siklus itu terjadi dan mereka harus menunggu Peretas Puncak ... nanti ... entah kapan (kalau memang akan ada buku yang ditulis khusus oleh Dee soal Peretas Puncak). Awalnya saya merasa "Ini buku bakal BERAT banget nih", eh ternyata ekspetasi saya meleset sangat jauh.

Apa yang membuat saya kecewa?

T O K O H.
Mereka, para tokoh yang karakternya diceritakan amat sangat kuat dan berakar dalam buku-buku sebelumnya menjadi terbang-tertiup-angin di dalam Intelegensi Embun Pagi. Saya tidak terlalu berharap pada Diva atau Elektra ya ... saya berharap Bodhi akan menjadi something-cool-and-superb di Intelegensi Embun Pagi. Harapan saya pupus. Bodhi adalah Peretas Kisi berkode Akar yang bisa melihat aura, kisi, garis-garis, atau apalah namanya itu dengan warna indikasi yang menandakan sosok itu adalah Infiltran, Sarvara, atau Peretas (selain betapa syoknya dia bisa bertemu kembali dengan Guru Liong dan si bawel Kell, tidak ada lagi yang bisa dilanjutkan dari karakter kuatnya dalam buku Akar). Yang artinya Bodhi menjadi semacam penunjuk jalan atau guide bagi teman-temannya. Dia akan mendeteksi orang-orang di sekitarnya ... keuntungannya adalah jika ada Sarvara yang mendekat mereka bisa lebih dulu mengantisipasi.

-oh.

Elektra. Tidak ada yang saya harapkan dari Peretas Memori berkode Petir ini. Untuk seorang Peretas yang lama berada di bawah asuhan Sarvara (Bu Sati) macamnya Elektra akan lepas dari gugusnya sendiri. Tapi, ya, tentu tidak seenak itu dia terlepas ... dia kembali lagi ke dalam gugus mereka (Gugus Asko) setelah dibantu oleh Toni Peretas Memori berkode Foniks dari Gugus Kandara. Hmmm, meskipun tidak ada yang saya harapkan dari Elektra, tapi sesungguhnya dia punya peranan sangat kuat. Sebagai Peretas dengan kekuatan listrik, atau petir, atau apakah yang efeknya bikin hangus itu, dia adalah pemicu.

Siapa lagi?
Alfa!
Aduh. Saya jadi malas mengulas Alfa. Dia adalah tokoh kunci yang mati begitu saja (baca dulu Intelegensi Embun Pagi untuk tahu bagaimana Alfa merencanakan kematiannya sebagai kunci hancurnya kekuatan para Sarvara yang ada/berkumpul pada saat itu). Dan karena dia mati maka Sarvara terkuat, Ishtar Summer, pun melemah dan kemenangan berada di tangan para Infiltran dan Peretas. Kok Star bisa melemah? Ya iya laaaah, melemah karena cinta. Star itu kan jatuh cinta sama Alfa dan akan melakukan apapun agar bisa bersama si Peretas Mimpi berkode Gelombang itu. Dan karena Alfa menolak menyeberang menjadi Sarvara, maka matilah dia.

-ah ...

Kegairahan saya membaca Intelegensi Embun Pagi bergolak adalah ketika Zarah pulang ke rumah orangtuanya. Bagaimana Gio membaca jurnal-jurnal Firas si Peretas Gerbang berkode Murai dari Gugus Kandara. Dalam hati saya berkata: akhirnya pencarian Zarah akan keberadaan ayahnya di dalam Partikel akan terjawab di dalam Intelegensi Embun Pagi. Tapeeee (tape nggak pakai ketan) saya salah lagi. Firas, ayah Zarah, secara jasad telah tewas dan dipaksa menyeberang menjadi Sarvara oleh Simon. Ya, itu memang kenyataan paling menyakitkan untuk bisa Zarah terima.

Di luar dari tokoh-tokoh Supernova yang di dalam Intelegensi Embun Pagi yang mengecewakan (apalagi si Bodhi), masih banyak hal lain yang menggelitik saya. Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh bercerita tentang Gugus Kandara dimana salah seorang peretas mereka yaitu Diva menginginkan percepatan siklus. Di dalam Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh ada kisah yang ditulis (kisah di dalam kisah) oleh Dimas dan Reuben, pasangan gay dengan hubungan hangat dan bikin iri. Iri karena mereka adalah pasangan yang menghasilkan obrolan-obrolan cerdas berkualitas. Oke, Reuben adalah seorang ahli fisika berdarah Indo-Yahudi lulusan Johns Hopkins Medical School yang punya cita-cita menjembatani semua cabang sains dan psikologi. Sedangkan dimas adalah sastrawan lulusan George Washington University, D.C. Kisah yang ditulis oleh Reuben dan Dimas tersebut dan kode jelasnya soal Ferre-Rana-Diva dan Gugus Kandara (ya, #Kode) dengan para peretas yaitu:

Diva Anastasia (dialah yang membangun Gugus Kandara), Peretas Mimpi, berkode Bintang Jatuh.
Ferre berkode Ksatria.
Rana berkode Putri.
Bong berkode Bulan.
Firas berkode Murai.
Dan Toni berkode Foniks. Dia yang terakhir ... apakah dia adalah si Peretas Puncak dari Gugus Kandara? Entahlah. Karena Gugus Kandara hancur atas inisiatif Diva (Bintang Jatuh) yang menginginkan percepatan siklus.

Pada buku kedua sampai kelima yaitu: Akar, Petir, Partikel, dan Gelombang, kisah yang tersaji adalah tentang para peretas dari Gugus Asko ... hanya saja Gio sebagai Peretas Kunci berkode Kabut justru punya hubungan kuat dengan Diva Anastasia dari Gugus Kandara dan sudah ada sejak Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh. Dari buku kedua sampai buku keempat, saya masih bermain dengan imaji tentang Bodhi, Elektra, dan Zarah. Sama sekali tidak ada kepikiran soal Gio apalagi si Mpret. Bahwa Elektra dengan kekuatan sengatan listrik ini pasti erat sekali kaitannya sama Bodhi dan Zarah ... mungkinkah mereka bertiga (dan jika ada tokoh inti baru lainnya) akan bertemu dan akan menghasilkan ledakan super dahsyat dari kekuatan-kekuatan mereka?

Ternyata tidak ... imaji saya berhenti.

Karena pada buku kelima, Gelombang, mulai muncul istilah Infiltran, Peretas, dan Sarvara. Peretas adalah mereka yang memutuskan untuk amnesia sampai saat harus dibangkitkan (untuk mengingat kembali). Mereka harus amnesia untuk melindungi penyamaran mereka di dunia. Infiltran bertugas untuk membantu peretas dalam melaksanakan rencana mereka sedangkan Sarvara bertugas untuk memburu peretas.

Dan berat memang ketika di dalam Intelegensi Embun Pagi saya membaca sebuah cerita ...

PENCARIAN; bagaimana para peretas dari Gugus Asko saling mencari di Indonesia.

PERKUMPULAN; bagaimana para peretas berkumpul dan mulai menjalankan rencana-rencana mereka, tentu dibantu oleh Infiltran.

PEREDUPAN; meredupnya para tokoh inti (yaitu para peretas yang dibahas per masing-masing buku) jelas mengecewakan. Tokoh inti dari dua gugus, man! Bagaimana Ferre, Bong, Rana, Diva, sampai si Firas yang kini dipanggil Bumi itu?

CINTA; bagaimana mungkin Gio yang selama ini mencari Diva tetiba jatuh cinta begitu dalam pada Zarah? Mungkin saja sih ... tapi ... absurd.

KEHILANGAN TIANG UTAMA? Ah, itu apa kabarnya lah si Reuben dan Dimas?

LATAR WAKTU; soal latar waktu ini pada akhirnya saya temukan juga komentar yang mirip di Goodreads. Bahwa, jika settingannya tahun 2003 (Akar, Petir, Partikel, Gelombang) maka sungguh aneh jika Alfa Sagala sudah memakai handphone touchscreen di dalam Gelombang. Yang ada di benak saya lain lagi ... soal Jakarta - Bandung - Jakarta - Bandung. Coba ada sedikit penjelasan tentang rentang waktu perjalanan si Mpret, maka lebih masuk akal. Toh Mpret bukan Infiltran yang bisa intervensi sesukanya. Mungkin benar, seperti komentar di Goodreads yang sempat saya baca ... rentang waktu yang panjang (15 tahun) antara buku pertama dan buku keenam, memang bisa bikin masalah ...

Sama seperti teman-teman lain yang kecewa dengan Intelegensi Embun Pagi, buku ini hanya layak dapat satu bintang (ala Goodreads). 

Satu lagi yang mungkin bakal kalian ketawain dari saya ...
Judul buku: Intelegensia Embun Pagi. Saya pikir akan ada tokoh final bernama Embun dengan kekuatan menyejukkan yang akan menenangkan Elektra dan Bodhi, sekaligus menemukan Diva dan Firas serta berusaha menghidupkan kembali Gugus Kandara, menyatukan Gio dan Diva dalam pernikahan sakral, memberikan terapi apa kek kepada Alfa supaya dia bisa tertidur, merestui hubungan Reuben dan Dimas ...

Ngocol sih ... memang ...

Tapi Embun, seperti namanya, adalah HARAPAN.


Wassalam.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak