Penghijauan di Desa Mukureku

Tiba di Desa Mukureku

Saya pernah bilang akan kembali ke tempat ini : negeri di atas awan. Bukan saja karena di daerah ini lah makam nenek moyang dari garis keturunan Mamatua saya berada (Bata Gado, Gado Au), melainkan karena tempat ini memang layak untuk dikunjungi lagi dan lagi selama nafas masih dikandung badan, selama waktu masih mengijinkan, selama hasrat jalan-jalan masih membara.
Inilah Kecamatan Lepembusu-Kelisoke. Sebuah kecamatan dari Kabupaten Ende yang terletak di ketinggian, hingga kami menyebutnya negeri di atas awan, karena ketika saya berada di atasnya, saya dapat melihat awan berarak di bawah sana, juga di atas sana. Indah dan unik, memang! Dari Kota Ende berangkat ke arah timur, melewati ruas jalan yang sedang diperbaiki (dengan sisa reruntuhan di kiri-kanan jalan) sekitar KM 17, melewati daerah yang saya sebut check point bernama Detusoko (percabangan menuju Maurole / jalur pantura Flores arah timur) untuk sarapan dan mengisi bensin, melewati percabangan menuju Perkampungan Adat Wologai. Percabangan sebelum Nduaria itu lah percabangan menuju Lepembusu-Kelisoke (ya, kau harus belok ke kiri, teman).

Beberapa waktu lalu, setelah lamaaa sekali keluarga kami datang untuk peresmian rumah adat rang keluarga kami dari pihak Mamatua, saya datang ke Desa Kurusare (salah satu desa di Kecamatan Lepembusu-Kelisoke) untuk meliput kegiatan KKN Kelas Khusus. Kakak-kakak peserta KKN itu membangun rumah untuk Mama Sisi, sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat. Dan pada hari Sabtu, 8 Februari 2014, saya kembali ke sana untuk mengikuti kegiatan penghijauan yang digelar oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat - Universitas Flores. Ada sekitar 200-an dosen dan karyawan Uniflor turut serta dalam kegiatan penghijauan tersebut. Desa yang disasar kali ini adalah Desa Mukureku. Jaraknya kurang lebih sama dengan jarak ke Desa Kurusare dari percabangan Nggumbelaka.

Sabtu pagi saya dan Mila bertemu di rumah Kakak Niniek untuk mengambil kue pesanan bekal ke Desa Mukureku. Setelahnya kami bergegas ke Kampus I Uniflor untuk bertemu peserta lainnya. Suasana sudah ramai saja padahal baru pukul 07.00 WITA. Saya dan Mila memang memutuskan untuk menggunakan satu sepeda motor saja, Oim Hitup. Hehehe. Dari kampus kami bergerak ke arah timur, menuju Detusoko, terpisah dari rombongan karena saya memang kuatir bila berada di belakang truk kayu dan damtrek itu hahaha, kuatir getaran dari kendaraan-kendaraan besar akan menyebabkan longsoran kecil (dan saya memang sangat trauma melewati KM 17). Beberapa sepeda motor melewati kami karena saya memacu Oim Hitup dengan kecepatan sedang ... sambil mengobrol dengan Mila. Tiba di Detusoko kami memutuskan untuk sarapan, minum obat (saya minum obat gigi), dan mengisi bensin. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju percabangan Lepembusu Kelisoke.

Di percabangan seperti biasa saya menitipkan motor pada salah satu rumah warga setempat karena jalanan yang akan kami lalui menuju Desa Mukureku (dan desa-desa lainnya) tidak lah selamanya mulus. Berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya. Rusak parah? Ya ... kira-kira begitu lah. Menanjak, banyak lobang, tanah liat, licin, dan bila hujan menyisakan kubangan lumpur. Teman-teman lain pada protes hahaha. Saya dan Mila memang telah disediakan mobil oleh Mami Yuli. Bertiga kami di mobil Mami Yuli bersama Om Frits (suami Mami Yuli). Perjalanan pun dilanjutkan menuju negeri di atas awan, melewati jalanan desa yang you know betapa tidak mulusnya.
 
 1.500 bibit mahoni

Kami tiba di Desa Mukureku sekitar pukul 08.30 WITA. Langsung di kantor desanya. Di balai desa diadakan pertemuan singkat sebagai pembuka kegiatan penghijauan ini. Hadir Kepala LMP, Mami Yuli, juga semua Pembantu Rektor (I - IV), semua dekan, kaprodi, dosen, karyawan, beberapa mahasiswa dari HMJ masing-masing, juga anak-anak SMA/SMK yang sedang praktek di Uniflor. Turut hadir pula Ketua DPRD Ende, Bapak Marsel Petu, yang adalah Bupati Ende terpilih untuk masa bakti berikutnya. Beberapa Mosalaki pun berdatangan dan acara dimulai dengan sambutan-sambutan.
 
 Bersama om Frans Pitu, KTU Lembaga Publikasi
 
Sekitar pukul 09.30 acara penghijauan dimulai dengan pemotongan ayam oleh Mosalaki di lobang pertama bekal bibit Mahoni ditanam, letaknya di depan kantor desa. Ayam berbulu putih tersebut disembelih lehernya menggunakan parang/golok yang besar. Dalam proses penyembelihan ayam tersebut Mosalaki menyuarakan bahasa-bahasa adat (yang tidak saya paham tetapi intinya bertujuan agar bibit pohon yang ditanam tumbuh baik), darah segar membasahi lobang, baru kemudian bibitnya ditanam. Setelah itu, setiap peserta mengambil dua bibit untuk ditanam di lobang-lobang yang telah disediakan oleh masyarakat setempat. Lokasi tanam memang bukan di lereng gunung/bukit karena sasaran utama dari penghijauan kali ini adalah tebing. Diharapkan bibit-bibit pohon yang ditanam tersebut tumbuh di sepanjang jalan desa sebagai penunjang tebing untuk menghindari bahaya longsor di musim penghujan.
 
Bersama salah seorang Mosalaki usai penghijauan
 
Pukul 11.00, karena pesertanya banyak dan acara penanaman pun cepat selesai, kami berkumpul di SD Mukureku untuk menikmati kopi, teh, ubi, ikan asin, juga kue-kue yang kami bawa dari Ende. Nikmat sekali, teman, duduk di rerumputan sambil bercanda dan ngopi-ngopi. Dilindungi hawa sejuk khas pegunungan. Setelah itu baru lah acara (semacam) tatap muka antara masyarakat desa dengan pihak Uniflor dan Ketua DPRD. Inilah yang membuat saya haru, saat kami sedang santai-santai di luar aula, datanglah sebuah mobil. Ya Allah! Itu Bapak Rektor Uniflor, Prof. Stephanus Djawanai. Beliau baru saja kembali dari check up kesehatan di Jogja dan dengan kondisi seperti itu masih semangat datang ke Desa Mukureku! I Love you, Bapak!
 
 Duduk mengaso bersama Mami Yuli dan Om Frits

Pukul 13.00 saatnya makan siang! Karena secara adat, masyarakat memasak daging babi sehingga kami yang muslim sendiri memang sudah siapkan bekal lauk dari Ende hehehe. Makan siang usai, ada lagi tuh yang namanya gawi bersama sebagai bentuk kegembiraan atas kegiatan hari ini. Para Mama menari menggunakan selendang di halaman SD Mukureku. Setelahnya, kami pamit menuju Nggumbelaka untuk menyaksikan pertandingan sepak bola antara Dokar (organisasi intra kampus yakni Dosen dan Karyawan) melawan warga setempat.

Pukul 16.00 ... pulang ke Ende.

Perjalanan yang menyenangkan sekali karena dipenuhi canda-tawa dan rasa kekeluargaan yang sangat kental dari semua dosen dan karyawan di Uniflor. Saya ingin kegiatan seperti ini dilaksanakan lagi tetapi untuk penghijauan masih menunggu tahun depan hahaha. Ya, kegiatan penghijauan akan menjadi agenda tahunan LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat).

Sampai ketemu Lepembusu-Kelisoke ... saya pasti akan kembali.


Wassalam.

1 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Aku pingin sekali berkunjung ke ende :-) banyakpesona yg sangat bagus kalo aku baca2 di blog temen2

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak