#PDL Menghimbau Tentang Foto & Video Korban

Foto ini milik Pak Jaf a.k.a. Rane Hafied.


#PDL adalah Pernah Dilakukan. Tulisan ringan tentang apa saja yang pernah saya lakukan selama ini, terutama tentang perjalanan ke tempat-tempat di luar Kota Ende.

***



#PDL kali ini agak berbeda, bukan tentang perjalanan saya melainkan tentang apa yang pernah saya tulis di media sosial. Karena #PDL adalah pernah dilakukan.

13 Mei 2018 Indonesia berduka setelah sebelumnya kejadian di Mako Brimob. Sungguh miris perasaan saya membaca berita tentang gereja yang di-bom di Surabaya (tiga gereja) oleh satu keluarga: Bapak, Mama, dan empat anak. Lantas, linimasa mulai ramai sama foto dan video kejadian, juga tubuh korban. Miris melihatnya. Kenapa? Kenapa kita tidak bijak menggunakan media sosial? Bukankah mereka, korban, patut kita hormati dengan tidak menyebarkan kondisi saat mereka 'hancur' seperti itu? Tega sekali orang-orang yang dengan bangga bisa mempublikasikan foto dan video tersebut. Tega!

Jangankan korban kecelakaan atau korban aksi teroris yang seperti itu, orang mati saja (orang yang meninggal dunia) pantang kita pos fotonya dalam kondisi sudah meninggal. Apalagi kondisi fisik setelah meninggal jauh sekali dari kondisinya ketika masih sehat/hidup. Kasihan keluarganya bukan? Berkali-kali saya menulis dan menghimbau teman-teman untuk tidak melakukannya, tapi masih saja bisa kita temui pos seperti itu dari kalangan teman-teman kita sendiri. Dan puncak kekesalan saya adalah kemarin.

Jangan bicara soal perasaan. Semua orang Indonesia yang waras pasti perasaannya hancur dengan kejadian teror bom bunuh diri tersebut. Jangan bicara soal doa, tentu kita semua berdoa agar para arwah para korban diterima olehNya dan kita semua yang masih mengembara di bumi ini diberi perlindungan oleh Tuhan. Jangan bicara agama, karena teroris tidak berasal dari golongan agama mana pun, karena tidak ada agama yang mengajarkan tentang surga dari hasil membunuh orang lain. Jangan sampai sesama netizen lantas saling marah dan tuding pada kolom komentar. 

Saya marah pada diri sendiri mungkin karena kurang rajin menghimbau soal foto dan video korban di media sosial. Tapi toh saya adalah diri saya, mereka adalah mereka, yangmana pikiran kami tentu berbeda. Tapi saya pikir, netizen seharusnya lebih cerdas dari yang terlihat selama ini.

Seharusnya, dalam kondisi Indonesia seperti sekarang ini, kita harus tetap tenang, dan mempos yang mendamaikan perasaan, bukannya bikin emosi.

Semoga kita dapat menjadi Lothar Immateus Geu dalam pos-nya di Facebook Minggu malam yang saya bagikan dan skrinsyut ...


Saya percaya, masih ada Lothar-Lothar yang lain, yang memilih untuk mempos hal-hal yang damai, tanpa melupkana doa untuk para korban, doa untuk kita semua, doa untuk Indonesia.

Mari, terus kita himbau semua netizen untuk tidak mempos foto dan video korban; kecelakaan maupun kejadian seperti tanggal 13 Mei kemarin. Ini tanggungjawab kita bersama. 

Selamat menjalankan ibadah puasa hari ke-dua, kawan :)


Cheers.

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak