Happy Wedding

Hendrik & Indri ~ 25 Maret 2018
Photo by Eye Solution - Ende (Canon Santoso)


Menikah adalah persoalan cinta; umumnya laki-laki dan perempuan. Menikah adalah persoalan bathin. Menikah adalah persoalan ridho orangtua. Tapi yang lebih penting, MENIKAH ADALAH PERSOALAN IJIN ALLAH SWT. Alangkah bahagianya jika semua elemen ini bersatu padu. Ada cinta, ada kesiapan bathin untuk berbagi hidup dengan orang yang dicinta, ada ridho orangtua, dan ijin Allah SWT. Klop. Jika salah satu tidak berbanding lurus dengan ijin Allah SWT, belum tentu pernikahan dapat terjadi, dan belum tentu bahtera rumah tangga berjalan mulus. Bisa-bisa kandas di Alaska.

Siapkah kita menikah? Jawabannya maybe yess, maybe no.
Maukah kita menikah? Siapa sih yang tidak mau menikah? Melakukan segala yang dulunya haram melalui jalur halal? Semua orang waras pasti mau kalau halal kan? Halal = haknya.

Saya sering ditanya, kapan menikah? Pertanyaan ini sungguh milyaran kali dilontarkan. Jawaban saya selalu sama: semua ada waktunya. Karena bagi saya, menikah itu bukan karena gengsi. Gengsi banget gua sama si A, masa iya dia udah nikah dari taon kapanan, gua belum juga? Menikah bukan karena gengsi; yang usianya sudah banyak, gengsi sama yang usianya sedikit. Kok bisa gengsi sih? Contohi saja saya. Saya tidak pernah gengsi sama semua keponakan yang sudah menikah dan dikaruniai anak (yang otomatis anak mereka memanggil saya Oma). Nasib manusia sudah diatur sama Allah SWT. Ada yang nikahnya cepat/too young to be husband and wife, ada yang pas usia, ada pula yang sudah tua belum juga menikah. Jangan memaksa Allah SWT untuk segera menentukan tanggal pernikahan kita. Berdoa dan meminta pada Allah SWT sih wajib.

Loh, bukannya manusia harusnya BERUSAHA?

Jelas! Mana ada manusia yang diam-diam di rumah, pas kedip mata, eh sudah duduk di pelaminan. Itu hanya ada dalam dongeng. Tapi sekeras apapun manusia berusaha tapi kalau Allah SWT belum mengijinkan, ya tetap saja belum menikah juga.

Terus, harus ngapain?

Jalani saja hidup. Biasa saja. Bangun, mandi, ngantor, nge-game, hang out with friends, bertemu orang-orang baru yang mungkin akan mengubah hidup suatu saat. Kelak. Kalau bisa sih main kartu sama Indra dan Thika, kayak saya hahaha

Kalau sudah punya pacar? 

Sebenarnya kan di dalam Islam tidak ada soal pacaran. Tapi kadang kita juga tidak bisa menolak jaman. Jangankan jaman, menolak pintu rumah digedor sama mantan saja kadang tidak sanggup. Kalau sudah punya pacar, ya pacaran saja lah yang baik. Kenali dia, kenali keluarganya, berusaha belajar bahwa kelak kalau sudah menikah, hidup kalian tidak akan bisa seenak hati seperti saat masih sendiri. Perempuan pasti belajar, kelak kalau sudah menikah, setiap pagi dia tidak hanya membikin secangkir kopi untuk dirinya sendiri, melainkan dua cangkir kopi (atau teh?) bahkan bisa empat jika sudah dikaruniai dua anak. Laki-laki pasti belajar, duitnya kelak bukan duit sendiri tapi duit belanja buat makan sekeluarga. Jika Allah SWT sudah menentukan tanggalnya, Insha Allah menikah juga.

Saya selalu bersuka cita setiap kali melihat undangan pernikahan, atau melihat orang-orang menyiapkan pernikahan. Karena pernikahan adalah ibadah. Dan untuk keponakan saya, Indri, serta suaminya, Hendrik, saya mengucapkan selamat atas pernikahan kalian pada Minggu, 25 Maret 2018. Semoga menjadi keluarga yang bahagia dan terberkati. Selalu ingat Allah SWT dalam setiap langkah kalian. Mampu mendidik anak-anak menjadi anak-anak yang berbakti pada keluarga, agama dan negara. Semoga Allah SWT selalu meringankan langkah kalian ke depannya. 

Happy Wedding, Nak!

I love you so much!


Cheers!

1 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Happy wadding sis indri,semoga samawa ya... dan cepet nyusul 👈👈👈 xixi joomblo gk sudah2 😳

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak