#KakiKereta: Kolibari dan Bukit Kelimara

Suguhan kakak ipar hahaha :p


Yipieeee! #KakiKereta lagi. Minggu kemarin, tanggal berapa ya ... oh (padahal nggak perlu nulis begini hihihi) tanggal 15 Januari 2017, saya dan teman-teman berangkat ke Kolibari. Pukul 14.00 berangkat duluan saya dan Mamas (Mas Yoyok). Saya sudah ngikik duluan membayangkan Mamas kaget sama kondisi jalan menuju rumah calon mertua saya itu hahaha. Dan ternyata, saya yang diketawain. Huhu. Oim Hitup (nama motor saya) yang malah ngadat.

Sampai di Kolibari kita langsung ke rumahnya Kak Ibrahim, di depan rumahnya mamak calon mertua *ngikik* dan disuguhi kopi. Walah, siapa sih yang bisa menolak suguhan kopi? Tak lama Martozzo dan Gibran pun tiba. Jadilah kami, yang seharusnya berencana bersenang-senang dengan drone Mamas di bukit pandang Kolibari, malah pergi mendaki Bukit Kelimara! Makjaaang! Saya sudah menolak sih, tapi mengingat "kapan lagi?" maka nekatlah saya ikutan mendaki Bukit Kelimara. 

Pendakian bukit, kami berempat dikawal oleh belasan bocah di bawah 10 tahun, dan seorang mamak yang hendak mencari kayu bakar. Tuhan, sudah berapa lama saya tidak naik gunung? Sudah berapa lama saya tidak olahraga? Kaki sudah tak sanggup, betis kejang, paha kejang, tapi kemauan keras mengalahkan semua keletihan. Saya bertekad harus sampai puncak bukit itu, yang menurut waktu normal bisa ditempuh selama 40an menit. Sayangnya, saya memang sampai puncak tapi tidak sampai di tepi bukit yang landai, yang dari tempat itu bisa melihat jalanan Kota Ende dengan leluasa. Sayang banget yaaa ... saya harus turun (bersama mereka yang sudah kembali dari daerah lapang tepi bukit) dan terjatuh beberapa kali.

Lucunya, dua bocah perempuan, yang menjadi dayang-dayang saya itu, merasa mampu menahan dan menarik saya alias menggiring saya mendaki dan turun gunung! Oh My God! Saat saya nyaris terpeleset, mereka berdua dengan sigap menahan tangannya di bokong hahahaha "Hei kalian berdua, Dinda dan Tuty, kalau saya jatuh kalian berdua gepeeeeng!" Dan, setiap kali saya berhenti untuk menghela nafas, mereka berdua berkata, "Jalan sudah, jalan sudah!" menggunakan bahasa Ende. Mereka kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa karena sudah diamanatkan untuk menjaga saya harus selamat. Ini yang ngasih amanat keterlaluan banget!

Pulang dari Bukit Kelimara, yang mana nafas sudah ngos-ngosan, kami disuguhi ubi goreng, sambel, dan ikan. Aaaah ini yang saya butuhkan. Bahkan, kami disuguhi berceret-ceret es kelapa muda! Yuhuuuu, guys, tidak ada yang bisa menghiburmu ketika turun bukit selain es kelapa muda ala kakak-kakak ipar di Kolibari. Berkatilah mereka ya, Tuhan :D

Wah, dalam Bulan Januari sudah dua kali saya ber-#KakiKereta ... meskipun masih di dalam kabupaten. Karena bagi saya, #KakiKereta itu tidak perlu harus jauuuuh ... di dalam kota juga kok.

Nanti ke mana lagi yaaaaaa ...

Ada ide? :p


Cheers!

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak