Buku Saku Orangtua; Anak Bukan Kertas Kosong

Anak Bukan Kertas Kosong
Penulis: Bukik Setiawan




“Wow, bukunya keren bingits!” goda Si Kambing saat melihat buku ini. Saya tahu dia menggoda demikian karena sejak Januari hingga Maret 2015 belum satu pun buku saya sentuh selain buku berjudul Kamus Hukum. Bagi dia, yang bukan Pembaca aktif, buku dapat dinilai hanya dengan melihat sampulnya saja. Tapi begitu dia merasa terabaikan beberapa saat, tangannya usil merampas buku ini dari tangan saya. Dia membaca sepuluh lembar pertama. 


“Bagaimana?” tanya saya.

“Ternyata buku ini benar-benar keren!”

“Tidak pakai bingits?”


Si Kambing menggeleng. Kebiasaannya untuk meluncurkan kalimat-kalimat semi-pedas pun lenyap. Astaga, ujar saya dalam hati, ini kali kedua dia menikmati buku (buku saya) setelah buku lain yang berjudul Dajjal Akan Datang Dari Segitiga Bermuda.

Ketika ingin tahu, anak akan bergerak dengan kemauannya sendiri. Ketika diperintah, anak bergerak mengikuti kemauan orang lain.
(Anak Bukan Kertas Kosong, Halaman 89)

Kenapa saya tulis Anak Bukan Kertas Kosong ini sebagai buku saku orangtua yang artinya setiap orangtua (kalau boleh) memilikinya? Karena saya, meskipun belum menjadi orangtua tetapi telah lama menjadi Encim (Tante) dari tigabelas keponakan dan Oma dari dua cucu, cukup paham tentang pendidikan anak sesungguhnya. Tahukah kau, kawan, tulisan-tulisan cerdas Mas Bukik di dalam buku ini telah menjawab semua omelan para orangtua dan guru tentang ...

Aduh ... anak itu nakal sekali! 
Kenapa anak saya kalau disuruh begini, malah buat begitu?
Kau nih! Tir bisa duduk diam saja kah?
Dasar anak malas! Cuma bisa diam saja di kelas!

Mas Bukik tidak menggurui Pembacanya tentang bagaimana mendidik anak, namun memberi jalan yang masuk akal tentang bagaimana memahami, mendidik, dan mengarahkan anak sesuai dengan oretan-oretan yang memang sudah tertoreh pada anak. Karena setiap anak itu unik, tentu oretannya pun tidak sama. Jadi bagi saya, setiap orangtua dan guru memang wajib memiliki buku ini. Saya jamin! Tidak ada seorang pun yang akan menyesal setelah membacanya.

Pendidikan itu bukan menanamkan, melainkan menumbuhkan. Pendidikan bukanlah mengubah beragam keistimewaan anak menjadi seragam, melainkan menstimulasi anak untuk menjadi dirinya sendiri.
(Anak Bukan Kertas Kosong, Halaman 46)

The Krucils adalah anak-anak tetangga yang saban hari belajar di rumah saya bersama Mamatua (mantan Kepala Sekolah dan Guru). The Krucils terdiri dari anak-anak usia TK hingga kelas 5 SD. Salah satu dari The Krucils adalah anak (maaf) cacat fisik, ada pula yang jumlah gerak tubuhnya dalam semenit melebihi kemampuan berhitung, ada pula yang sangat santun dan cerdas. Macam-macam lah! Membaca Anak Bukan Kertas Kosong, saya teringat bagaimana Mamatua meladeni The Krucils ini. Mamatua selalu bertanya pada mereka tentang jenis pelajaran apa yang mereka inginkan hari ini? Jawabannya tentu beda-beda. Buku-buku tulis yang mereka setorkan lantas mulai ditulis Mamatua. Jika ada delapan buku tulis, maka delapan buku tersebut memuat pertanyaan berbeda. Si Jeki akan mendapat lima pertanyaan yang jauh berbeda dengan Cika. Demikian pula Meli, Nabil, atau Yoye.

Terkadang ketika sedang mengerjakan tugas dari Mamatua, mendadak Cika berdiri dan bernyanyi, Mamatua malah menyuruh dia terus bernyanyi. Bukan, bukan karena Cika tipe anak yang tidak mampu mengikuti aturan, namun karena dia lah satu-satunya anak yang berkekurangan secara fisik namun selalu ingin tampil. Mamatua mengajarkan pada Cika bahwa kekurangan fisik bukan alasan untuk tidak berani tampil.

Benih padi tidak bisa menjadi tanaman jagung, benih jagung tidak bisa menjadi tanaman pagi. Pendidik bisa menuntun, tetapi tidak bisa mendikte apa yang sudah menjadi kodrat anak.
(Anak Bukan Kertas Kosong, Halaman 42) 

Ya, Mas Bukik! Ja'o setuju! 

Secara Sampul ...

Buku Anak Bukan Kertas Kosong ini sederhana saja, tapi menarik. Dasar putih, tulisan judul merah, dan yang pasti disertai warna kuning yang atraktif. Bukan karena saya pecinta warna kuning, melainkan karena memang warna kuning diletakan secara proposional dengan warna lainnya; merah, hijau, biru. Pentingkah ini? Ya, penting!

Secara Isi ...

MMeskipun dikatakan isinya tidak menggurui, bagi saya isinya mengajarkan banyak hal penting kepada Pembaca. Anak memang bukan kertas kosong yang kemudian diwarnai seenaknya saja oleh orangtua, sesuai dengan keinginan orangtua. Di dalam buku ini Pembaca akan mengetahui A sampai Z tentang 'menangani' anak. Mulai dari mengetahui profil anak, hingga pengembangan bakat anak. Hebatnya, pada Bab 9 buku ini berjudul Delapan Aktivitas Orangtua Yang Menumbuhkan Bakat Anak. Quote yang paling enak untuk bagian ini adalah Tinggalkan anggapan anak hanyalah kertas kosong, dan gantikan dengan anggapan bahwa anak adalah benih kehidupan yang utuh yang mempunyai kemampuan belajar luar biasa. Tugas kita bukanlah membuat anak belajar, melainkan merawat kegemaran belajar anak. (Anak Bukan Kertas Kosong, Halaman 167).

Secara Ilustrasi ...

Nah! Saya jadi ingat bukunya Ustadz Felix Siauw; Udah, Putusin Aja! karena ilustrasi di dalam bukunya sangat menyenangkan. Aaaah, seperti satu paket kenyang deh buku ini.

Masih banyak lagi yang mau saya tulis tentang Anak Bukan Kertas Kosong ini, tetapi nanti malah terbongkar semua isinya, malah tidak ada yang mau baca karena merasa sudah tahu semuanya. Sekali ini, bagi saya buku ini merupakan buku saku bagi semua orangtua dan guru. Panduannya akan membuat kita paham tentang banyak hal mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak. Terima kasih Mas Bukik untuk buku yang sangat membangun ini.

Seperti katanya Si Kambing ... KEREN!

Salam.

11 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. mau beli tapi belum sempat ke gramed hhe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya dijual online, Kakak :D wkwkwkwkw

      Hapus
  2. Bukuini yg kmrn di bawah adek gw, kayak nya perlu di baca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kakak Cumi... menurut saya sih bukunya bagus :D

      Hapus
  3. Bukuini yg kmrn di bawah adek gw, kayak nya perlu di baca

    BalasHapus
  4. Kayanya menarik.
    Meluncur ke Gramed ah..

    BalasHapus
  5. Kekx... buku ini perlu dimiliki....;)

    BalasHapus
  6. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload music, foto-foto, video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus
  7. artikelnya sangat menarik, senang berkunjung ke blog anda

    BalasHapus
  8. Welcome to our WEBSITE, just on this occasion we will give away to your knowledge about Plants That Can Heal myoma uteri, well for those of you who want to know please to read the following article about Plants That Can Heal myoma uteri, happy reading :

    BalasHapus
  9. Saya pernah mengajak anak saya test fingerprint sekadar untuk mengetahui "bawaan" yang katanya terindikasi dari garis garis jarinya. Alhamdulilah saya jadi tahu kecenderungan mereka dan membiarkan apa yang mereka sukai

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak