Saya Kejam dan Berbahaya

J.K. Rowling (gambar diambil di sini)

"Casual Vacancy", sebuah buku yang diawali dengan kematian seorang 'berhati malaikat' dan ditutup dengan kematian dua anak dari pelacur yang kecanduan narkoba - T.

Setiap membaca buku, menonton film, atau mendengarkan musik (lagu), tentu ada best quotes yang menerjang indera kita begitu tajam bak aroma terasi dari penggorengan atau tungku. Mendadak saja kalimat-kalimat itu mengingatkan kita akan sesuatu, pada sepenggal cerita dari masa lalu. Lantas terucap kalimat, "ah, andai saja dulu saya membalasnya dengan kalimat ini." atau "Ya! Ini kalimat telak menghantam ulu hati nih!" atau "Penulisnya KECE!" atau "script writer-nya aduhai!" Kira-kira seperti itu lah jadinya ketika kita menemukan best quotes dari sebuah buku ... atau kadang-kadang saya menyebutnya mini moral of the story. Ya, mini moral of the story, karena moral of the story biasanya terangkum dalam paragraf-paragraf dan butuh pemikiran dari kita sendiri (dan tentu saja lebih mendalam, karena kita mengulasnya).

Buku terakhir yang saya baca (tapi tentu saya akan membaca buku berikutnya sesuai janji dan tantangan saya sediri di tahun 2014) berjudul "Casual Vacancy" karangan J.K. Rowling. Buku yang ketebalannya dapat membuat seekor bull dog pingsan itu memang beda dari karangan ternama Rowling lainnya : "Harry Potter". Meskipun bukan buku berseri tetapi "Casual Vacancy" menghadirkan tokoh-tokoh berkarakter kuat sekuat Hermione atau Dumbledore, mulai dari para tetua yang duduk di Dewan Kota Pagford hingga pelbagai tipikal kaum muda/remaja dengan ragam tingkah, pikiran, dan masalah. Kalau kau mau tahu bagaimana kehidupan yang sesungguhnya terjadi, semua ada di "Casual Vacancy" : kehidupan komunitas/masyarakat di sebuah kota kecil, tipu daya, kemunafikan, senyum palsu, pemberontakan anak-anak pada orangtua, orangtua yang sangat menyebalkan karena merasa dirinya dewa, perebutan 'kursi kosong', seks bebas, Facebook, narkoba, remaja dan perubahannya saat sedang jatuh cinta, hingga bagaimana para perempuan berpikir sesuai dengan kondisi/stratifikasi sosial mereka. Lengkaplah buku ini di mata saya.

Stuart Will, anak si Wakil Kepsek (juga anak guru konseling di sekolah yang sama), yang lebih sering dipanggil Fats oleh teman-temannya membuat saya mencatat beberapa kalimat-kalimat ... menurut saya penting. Dari Fats si pembangkang, dan Andrew si muka pizza, saya belajar tentang pola berpikir remaja, mengingat-ingat kembali apakah dulu sewaktu saya seumuran mereka pikiran seperti itu juga melintas di benak? Apakah diam-diam saya juga suka mengumpat? Nah! *senyum bungkus* itu rahasia. Hehehe.

Pada halaman 92 "Casual Vacancy" tertulis paragraf ini :

Menurutnya (menurut Fats - T), kesalahan dari sembilan puluh sembilan persen manusia adalah merasa malu menjadi diri mereka; berbohong, mencoba menjadi orang lain. Kejujuran adalah pegangan Fats, senjata dan pertahanannya. Orang-orang takut saat kau jujur; kau membuat mereka terkejut. Fats tahu bahwa orang-orang lain terkungkung dalam rasa malu dan kepura-puraan, ketakutan apabila kebenaran tentang diri mereka bocor. Tetapi, Fats justru tertarik pada segala sesuatu yang mentah, semua yang jelek tetapi jujur, pada hal-hal buruk yang dianggap oleh orang seperti ayahnya sebagai sesuatu yang memalukan dan menjijikkan.

And I love that ...

Yang satu ini lebih keren quotes-nya :

Hal yang sukar, sekaligus agung, adalah menjadi dirimu yang sebenarnya, bahkan jika kau kejam atau berbahaya, terutama jika kau kejam dan berbahaya. Ada keberanian dalam mengungkapkan kebinatangan yang ada dalam dirimu. Di sisi lain, kau jangan sampai berpura-pura menjadi lebih binatang daripada yang seharusnya.

Jujur, sukar sekali saya melupakan dua paragraf di atas. Sepertinya saya adalah Fats di dalam buku tersebut. Kejujuran itu yang paling utama, bagi saya (mungkin juga Anda), karena tanpa itu kita hanyalah daging dan rangka yang diberi nafas oleh Allah SWT. Masalahnya, kejujuran itu (apalagi kejujuran tentang orang lain) terkadang dapat menampar orang dengan keras sampai-sampai orang tersebut merasa perlu membangun perisai dengan kemunafikan dan fitnahan yang lain. Itu kalau kita berusaha jujur tentang orang lain. Belum lagi kalau jujur tentang diri sendiri. Biasanya orang/remaja akan malu mempunyai orangtua yang terlalu disiplin (kejam, orotiter, banyak doktrin), untungnya saya tidak malu hahaha. Oleh karena itu tidak heran jika dulu saya hidup dalam keteraturan yang sangat ketat dan terjaga : bangun jam berapa, jam malam diberlakukan, ranking di sekolah, tata krama, dan lain-lain. Dari itu lah saya terbiasa dengan kegiatan di dalam rumah : mengobrol bersama Mamatua, menonton televisi, membaca buku, beres-beres, dan bila memang sudah saatnya ... saya akan melancong. Tidak protes, karena hidup untuk dinikmati seburuk apa pun hal/karma yang menimpa kita. Selalu ada sisi baiknya. Makanya kadang-kadang saya merasa agak bagaimana yaaa melihat orang-orang yang selalu mengeluh dalam setiap helaan nafasnya. Apalagi mengeluh belum menikah #eh *bukan curcol loh ini* hahahaha.

Teori?
Mungkin ...
Tapi toh kita memerlukan teori selain praktek saat sekolah :D

Tentu masih banyak quotes lain dari buku-buku yang saya baca. Tetapi kalau dibahas semuanya di sini, terlalu panjang dan membosankan hahaha. Lagi pula saya khusus membahas "Casual Vacancy".

Hati-hati, saya orang yang kejam dan berbahaya bagi Anda #eh

Seperti tulisan di awal, "Casual Vacancy" memang diawali dengan kematian Barry Fairbrother, Ketua Dewan, dan diakhiri dengan kematian Crystal dan Robbie Weedon. Sejak kematian Barry hingga akhir cerita, dia hanyalah sosok yang muncul lewat kenangan tetapi kematiannya menyebabkan intrik demi intrik terkuak. Lucunya intrik demi intrik itu justru timbul oleh ulang para remaja yang meng-hack website Dewan Kota, sebagai bentuk protes atas sikap semena-mena orangtua mereka, atau rasa tertindas luar biasa karena orangtua mereka sangat tidak peka pada kejiwaan remaja. Padahal para orangtua itu bersikap sok tau, dan sok pintar.

Masih dengan gaya khas J.K. Rowling yang blak-blakkan dan tidak menyisakan sedikit pun kerutan di kening (ya, karena kisahnya begitu gamblang), saya menikmati buku ini. Bagi Anda yang belum membacanya, saya rekomendasikan "Casual Vacancy".



Wassalam.

1 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak