Uniflor's Family Day

Pantai Enabhara, Taken by Mario

Saya bekerja di Universitas Flores (Uniflor) Ende sejak Januari 2011. Memang belum lama saya bergabung di Uniflor, tepatnya di Lembaga Publikasi, tetapi rasanya seperti sudah lama berada di sini. Kekeluargaan yang tinggi, yang selalu diutamakan, itu yang membuat saya begitu betahnya bekerja di Lembaga Publikasi. Suasana kerja yang kondusif yang membuat saya merasa kantor sebagai rumah kedua. My real second home huehuehue. Soalnya jobdesk saya saat ini sesuai dengan empat hobby : menulis, memotret, meliput ke luar daerah (artinya jalan-jalan hahaha) dan radio. Lagi pula saya juga ditempat sebagai tim kreatif yang diperbolehkan mendesain ini itu meskipun desain saya tidak bagus. Hehehe. Proses belajarnya tidak pernah berhenti sedikit pun.

Uniflor sering mengadakan kegiatan outing seperti piknik bersama dosen dan karyawan. Kegiatan ini menurut Bapak Dr. Laurentius Gadi Djou, Akt. (Ketua Umum Yayasan Perguruan Tinggi Flores) harus dilakukan untuk mempererat tali silaturahmi antara dosen, karyawan dan keluarga masing-masing. Kami pernah piknik bersama di Pantai Nagekeo. Kami juga sering menjadikan momen jalan pagi di Sabtu pagi sebagai ajang lebih mengenal satu sama lain. Kalian harus pahami, ada 4 kampus Uniflor dengan 250-an karyawan (belum lagi dosennya). Itu sangat banyak dan belum tentu setiap hari kami bertemu dengan yang dikampus lain, saya di Kampus IV, belum lagi ada penambahan karyawan-karyawan baru. Ya, kegiatan ini benar-benar mempererat tali silaturahmi kami semua.

Sudah lama rencana ini digaungkan di Universitas Flores (Uniflor). Rapat perencanaan dan kepanitiaan pun dilakukan. Masing-masing fakultas, lembaga, juga unit, wajib terlibat. Kegiatan ini : UNIFLOR'S FAMILY DAY. Kami berkemah di lokasi terkeren yaitu Pantai Enabhara, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende. Hampir setiap minggu saya ke sana untuk mengantar bantuan pengungsi bersama Flobamora Community. Tapi berkemah? Belum pernah! Yuk!

Mr. Leslie, dosen volunteer asal Kanada

Akhirnya Sabtu siang saya pun berangkat ke sana bersama Mam Poppy Pelupessy, Mila Wolo dan seorang dosen volunteer asal Kanada : Mr. Leslie Campbell. Rombongan lain telah berangkat lebih dulu : truk, bis, mobil, motor. Kami telat jadi ya ... menyusul. Tetapi ternyata kami berhasil menyusul rombongan karena ada sedikit masalah di salah satu ruas jalan : dua mobil beda arah menghalangi jalan karena salah satunya 'nyangkut' di lubang yang besar! Kami yang pakai motor bisa lewat duluan. Itulah kenapa sebabnya saya lebih suka pakai motor karena lebih fleksibel, selan karena saya mabok kalau naik mobil hahaha.

Tiba di Sokoria seperti biasa saya mengajak Mam Poppy dan Mr. Leslie mampir ke rumah Kak Teny Bata (kakak sepupu saya) untuk menghangatkan perut dengan kopi panas. Mila yang diboceng Om Iksan sudah lebih dulu meluncur ke lokasi. Hampir satu jam kami di Sokoria : ngopi-ngopi, dibikinkan sandwich sama Kak Teny, makan mie goreng, dan ngobrol bersama Om Lamber (suami Kak Teny). Menyenangkan mengobrol bersama Mr. Leslie karena orangnya juga familiar dan tidak sungkan-sungkan bergaul. Keren deh pokoknya.


Kami melanjutkan perjalanan dan tiba di lokasi kemah sekitar pukul 17.00 dan langsung pasang tenda. Pihak Uniflor menyediakan 3 tenda besar dan 2 tenda kecil untuk menampung dosen, karyawan, beserta keluarga dan teman-teman. Tetapi peserta juga boleh bawa tenda sendiri kok. Om Apo, suaminya Yudith, membawa 1 tenda lagi untuk kami. Asyik sekali. Tenda ini keren, memuat saya, Mam Poppy, Kak Yo, Kak Asti, Mam Uli dan Torez (anaknya), juga Selvi. Asyik kan? Usai memasang tenda, sunset pun datang. Aih Maaaaakkkk! Itu bikin bahagia sekali jalan hahaha. Langsung lari ke tepi pantai (banyak anak-anak yang sedang mandi laut), dan jepret sana sini, berusaha menangkap momen sunset di Enabhara.


Malamnya kami pergi mandi di Maurole, di rumah salah seorang teman dari Pak Yance Luciany. Naik mobil pick up yang ada tempat duduk di bagian belakang itu. Ah senang sekali. Sebenarnya ada 2 kamar mandi yang disediakan oleh panitia tetapi karena kebutuhan manusianya juga banyak dan kebetulan Om Ito Ubas bersedia mengantar ya kami pergi juga hehehe. Setelah mandi kami kembali ke perkemahan. Suasana sudah ramai. Listrik sudah dihidupkan, lampu-lampu menyala, musik terdengar, banyak yang nongkrong di pantai, ada juga yang bermain kartu, ada yang menyiapkan proses pelantikan pengurus Dokar (Dosen & Karyawan) yang baru. Sebuah organisasi intra kampus.

Pukul 22.00, setelah makan malam bersama, acara pun dimulai. Acara dibuka oleh MC : Mam Poppy dan saya. Sedikit guyon menghangatkan suasana. Acara pertama adalah pembacaan SK Pengurus Dokar yang baru oleh Melisa dilanjutkan dengan penandatanganan SK dan pelantikan. Biasanya orang pelantikan gitu di ruangan pakai pakaian resmi, kami di pinggir pantai pakai celana pendek juga boleh hahaha. KEREN sekali deh! Selamat Om Ismail Langga yang menjadi Ketua Dokar terpilih. Setelah penandatanganan SK acara dilanjutkan dengan do'a oleh Pastor yang datang dari Ende dan api unggun. Ini yang ditunggu-tunggu. Api unggun dinyalakan oleh Pak Lori dan diiringi dengan nyanyian Kemesraan oleh seluruh orang yang ada di Pantai Enabhara malam itu. Aduh, Mak! Air mata mau menetes rasanya! Ini, sekali lagi, KEREN!

Ada 1 acara susupan yang tidak diduga hahaha. Mam Poppy memang keren ide-nya. Mam Deti Bere, personil Double L, diminta maju ke tengah-tengah arena. Ah aaa Mam Deti ultah loh! Maka siraman air laut pun berdatangan dan ditambah pula dengan penyerahan kue pasir hahaha. Aduh eeee kalo saya bilang kico-kaco yang bikin bahagia tiada tara. Sony, pemain organ, memang keren dan tahu saja mau-maunya kami semua padahal TANPA LATIHAN.


Vocal Group : KOBER

Usai api unggun dan acara susupan itu, sesuai rencana, acara dilanjutkan dengan penampilan oleh 5 finalis Lomba Vocal Gourp Islami Uniflor 2013. Ada kami dari Double L (Lembaga-Lembaga), FKIP, KOBER, Teknisi dan Yayasan. Tampil pertama dari Kober. Mereka menyanyikan lagu daerah (semua harus lagu daerah) yang menghentak dan bikin kaki bergoyang. Kami pun tanpa dikomando lagi langsung terjun ke arena untuk bergoyang. Pemimpin Ja'i, Pak Lori, bahkan mengajak para penari dadakan ini keliling api unggun. Hahaha. Riang gembira pokoknya. Setelah itu tampil lah kami dari Double L membawakan lagu Gemufamire dari Maumere itu. Ah, keceriaan berlanjut! Bahkan Pak Lori mewakili Yayasan membawakan lagu Terajana hahaha. Setelah itu FKIP pun bikin heboh dengan medley lagu-lagu daerah yang bikin kaki gatal pengen goyang terus. Terakhir, dan paling bikin saya menggila, adalah penampilan Teknisi yang bernyanyi Lagu Santai yang reggae itu. 

Ini adalah THE REAL BEACH PARTY!

Saya tidak menyangka acaranya akan sekeren ini. Acara dan musik masih berlanjut. Saya, Mam Poppy, Kahar, Kak Didi da Costa, juga adek Mario memilih untuk duduk di pantai, menonton lukisan alam kala malam. Bulan dan pantulannya di laut. Karang-karang di pasir Enabhara itu sesuatu heuheuehue.

Pukul 02.00 mata saya pun kalah. Masuk tenda dan tidur. 

Keesokan paginya, Minggu, teman-teman yang beragama Katolik mengikuti Misa di pinggir pantai. Mak, kalian pernah? Pasti belum! Dan alangkah menyenangkannya hehehe. Sementara itu saya yang Muslim dan Mam Poppy yang Protestan pergi mandi ke Desa Mausambi di rumahnya Mama Muna (koordinator pengungsi). Di sana setelah mandi dan ngopi (dan saya pun makan), kami kembali ke perkemahan. Usai Misa, acaranya adalah makan pagi. Setelah itu anak-anak cebur ke laut dan dilanjutkan dengan permainan anak-anak dipimpin oleh Kak Didi. Sementara itu yang lain segera menuju Desa Aewora untuk bertanding volley bersama penduduk setempat. Saya sendiri bertemu Nurdin IHF dan menemani mereka mengantar bantuan ke Desa Aewora. Setelah itu saya pergi sendirian ke Desa Mausambi (lagi) untuk memberitahu Mama Muna bahwa agak siangan Pak Lori dan rombongan akan datang untuk mengantar bantuan.


Pukul 13.30 sebelum makan siang, Pak Lori, Ibu Sri, Pak Pius Pampe (Dekan FKIP) dan Pak Kristoforus Je (PR 4) bersama 2 mobil pick up yang memuat bantuan ke 3 desa : Desa Mausambi, Desa Jitabewa, dan Desa Niranusa. Ini yang saya sebut SANGAT KEREN karena selain kami bersenang-senang di pinggir pantai, Yapertif pun menggelontorkan dana Rp 20.000.000 untuk pengungsi di 3 desa tersebut. Itulah sebabnya saat Nurdin berkata bahwa Minggu itu pun tim mereka akan membawa bantuan ke Maurole, saya arahkan ke Desa Aewora saja. 

ALHAMDULILAH ... semoga diberkahi ALLAH SWT. Amin.

Akhirnya saya pun kembali ke Desa Mausambi karena sudah berjanji pada Mam Poppy, Kak Yo, dan Kak Hans untuk pulang bertolak dari sana. Kami makan siang nasi jagung dari Mama Muna dan racikan ikan jele yang enak dari Mam Poppy. Siap pulang? SIAP!

Tiba di Ende sekitar pukul 17.00 dan langsung tepar hahaha. Terima kasih Tanta Sia yang sudah menjaga Mamatua selama saya tidak berada di rumah dan juga telah menyediakan teh panas untuk saya dan Mam Poppy. Menolong perut dari rasa dingin yang menyerang.


Uniflor's Family Day menyisakan tawa yang tak pernah habis.
Menyisakan kesenangan yang kami bawa di otak kami bahwa keluarga Uniflor merupakan keluarga besar yang luar biasa besar dengan ragam manusia di dalamnya tetapi punya satu tujuan : saling mengenal lebih dekat karena kami adalah saudara, kami adalah keluarga.

Semoga bantuan untuk pengungsi pun membawa manfaat yang baik tidak hanya bagi pengungsi tapi juga keberkahan bagi kita semua.

Semoga pengurus Dokar yang baru pun dapat bekerja dengan baik, dan bermacam kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan huehuehue.

Semoga Om Apo Tupen masih mau meminjamkan tendanya untuk acara berikutnya oleh Flobamora Community hahahah :D

Demikianlah kisah Uniflor's Family Day. The real beach party hahaha. C ya!


Wassalam.


4 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. Komen foto: Tuh Mr. Leslie yg sebelah kanan ya.....?

    BalasHapus
  2. Tempat kerja yang kondusif itu lebih penting dari seabrek deadline yang kudu diselesaikan. Semangat terus, sehat selalu. Orang yg suka membantu orang lain, Insya Allah selalu dimudahkan hidupnya. Baca cerita diatas, bahwa mulia sekali perangai ibu peri ini :D

    BalasHapus
  3. Di Jakarta pantainya butek! Ngga bisa bikin kayak gitu... iri aku...iriiii

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak