Kaki Kereta

Kaki si Kaki Kereta

Belum lama saya terjun ke dunia backpakcer meskipun catatan perjalanan saya ke luar Pulau Flores telah dimulai sejak masih SMP. Dan pertama kali keluar dari Pulau Flores tempat yang saya kunjungi adalah Bali. Pertama kali melakukan perjalanan jauh oleh seorang bocah SMP memang ribet. Kala itu saya mengenal backpack sebagai tas sekolah berisi buku bukan sebuah alat yang menyenangkan diajak jalan jauh. Karena bepergian dengan orangtua maka koper merek Presiden lah yang selalu menjadi tempat kami menyimpan semua kebutuhan selama perjalanan. Ah, itu masa lalu. Mari kita tengok masa kini.

Saat SMA saya mulai menjejak kaki ke Pulau Jawa. Pulau tempat Bapa lahir dan dibesarkan. Darah Madura - Pulau Ende Bapa itu yang bikin kami langganan pergi ke Surabaya (my second homeland). Tetapi ketika ditanya; saya tetap menjawab Orang Ende, bukan Orang Jawa. Sejak saat itu saya mulai tertarik melakukan perjalanan sendiri tanpa orangtua. Lulus SMA saya pergi ke Jakarta bersama teman, kemudian ke Jogja, ke Kediri, ke Solo, dan lain-lain. Sayangnya masa itu saya hanya mengantongi kamera pocket merek Fuji yang bisa berfungsi jika ada roll film. Foto-foto jaman dulu itu entah di mana (sebagian ada di album foto) karena jaman itu belum ada blog dan media sosial tempat narsis diijinkan dengan ikhlas hahaha. Lagi pula saya sering melakukan perjalanan tanpa rencana. Ketika KM Kirana II bersandar di pelabuhan (Pelabuhan Ippi), diam-diam saya packing lalu menyium tangan Bapa dan Mama. TRADA! 48 jam kemudian saya sudah tiba di Pelabuhan Perak dan bersiap melancong ke kota-kota lain. Sekali lagi, tanpa kamera dengan memory card yang fotonya bisa disimpan di laptop.

Kata orang-orang saya ini Kaki Kereta. Istilah kami untuk orang-orang yang tidak bisa diam di rumah. Selain Kaki Kereta mereka juga menjuluki saya Tukang Jonda (jalan tak tentu arah) karena bisa saja di Minggu siang yang panas saya mengeluarkan motor dan berkeliling kota atau ke luar kota untuk sekadar membuat catatan bahwa pada hari itu saya tidak hanya berdiam diri di kamar dibuai kasur. Setelah bekerja dan mengantongi gaji sendiri, saya berkenalan dengan kata : cuti. Setahun bekerja untuk duabelas hari cuti itu mimpi yang saya rajut dari hari ke hari. Bahkan saya pernah sampai bertengkar dengan atasan gara-gara melebihkan sendiri masa cuti ke Banyuwangi, menghadiri pernikahan seorang Mami Vi3 di tahun 2006.

Adalah perkara yang dulu tidak saya sadari bahwa di luar sana begitu banyak orang yang menjalani hidupnya seperti saya. Mereka, para backpacker atau traveler keren, yang tergabung dalam komunitas-komunitas yang juga keren. Sampai kemudian saya menjadi salah satu Petualang ACI Detik Com ... semuanya seperti berulang. Rasanya seperti dulu ketika saya mendadak berada di atas KM Kirana II berulang-ulang hingga semua kru kapal roro itu hafal dan memberi saya bonus seperti cemilan *muka polos* Ajang ACI2010 itu membawa saya  pada lingkungan bernama backpacker. Saya mengenal banyak orang baru, pribadi-pribadi luar biasa, memperoleh ilmu, dan menambah keluarga.

Lingkaran setan adalah dua kata yang tepat untuk menggambarkan dunia para pelancong. Maaf, saya lebih suka menggunakan pelancong dan melancong. Ternyata si Ini kenal sama si Itu meski beda komunitas. Ternyata temannya si Itu mau datang ke Ende, lantas jadilah kami berteman. Temannya si Itu punya teman punya teman ... ternyata kenal sama temannya saya di komunitas nganu. Dan lingkaran setan ini tidak habis-habis.

Kemudian saya mengenal seorang perempuan bernaka Ika Soewadji. Saya mengenalnya dari si Amri. Saat  itu, tahun 2011 Ika, Amri, dan Reza datang ke Ende. Kami kopdar di Amazy, makan-makan, ketawa-ketawa, dan banyak cerita bergulir. Yang kemudian saya tahu ternyata Ika ini juga berteman sama Yunaidi Joepoet, Adhadi Wae, dan juga mengenal Bang Tekno Bolang dan Bang Yudi Kudaliarr. Payah, dunia memang sangat sempit hahaha. Tidak hanya satu kali Ika datang ke Pulau Flores. Saya akui betapa Flores memang indah dan seharusnya dikunjungi berulang kali hahaha *promosi*

Jum'at, 20 September 2013, Ika datang ke Ende bersama seorang temannya bernama Pras. Dari Jakarta mereka terbang ke Bali kemudian ke Labuan Bajo. Meskipun datang ke Labuan Bajo setelah acara Sail Komodo tapi masih banyak perkara cantik lainnya yang bisa mereka lihat dan abadikan dari kota dengan bandara bernama Komodo itu. Sayangnya Bang Tekno Bolang sudah balik dari Labuan Bajo usai perayaan Sail Komodo yang turut dihadiri oleh RI-1 tersebut.

Dari Labuan Bajo ke Ende, Ika dan Pras melewati rute panjang menggunakan kapal perintis : Labuan Bajo, Maurole dan melewati Pulau Palu'e, Maumere. Sekitar 18 jam mereka berada di atas kapal tanpa kantin tapi berkamar mandi bersih itu. Dari Maumere mereka menggunakan travel menuju Pos Penjagaan Balai Taman Nasional Kelimutu. Asyik! Di sana sudah ada Oom Hengky, petugas Balai, yang juga sudah menganggap Ika sepergi adiknya sendiri. Jadilah mereka menginap di sana dan keesokan harinya mengejar sunrise di puncak Kelimutu. What a great trip! Dari ujung barat Pulau Flores, ke timur, kemudian ke tengah.

Ilham dan Ika di Depan Lemari Buku Situs Bung Karno

Tiba di Ende hari sudah siang dan saya menyambut mereka dengan muka mengantuk level internasional. Dan yang namanya berbincang dengan backpacker itu memang mengasyikkan. Selalu banyak cerita mengingat track record mereka di dunia jelajah pun tidak main-main. Setelah saya SMS Ilham pun datang. Kami berencana untuk pergi ke Situs Bung Karno. Cerita tentang Situs Bung Karno akan saya tulis di postingan berbeda. Dari situs kami meluncur ke Pantai Ria untuk menikmati sunset dan panganan khas kami pisang goreng + singkong goreng + sambal. Fauwzya datang bergabung. Sebenarnya dari Pantai Ria saya ingin mengajak mereka foto-foto di Patung Bung Karno tetapi lokasinya sangat gelap! Ternyata sedang ada pengerjaan pembenahan. Baiklah, rumah Kak Nani Pharmantara pun jadi pilihan (karena Ika sudah duluan kenal dengan Ka'e Dul, kakak ipar saya) dan pulang ke rumah.

Pras, admin akun traveling sebuah komunitas besar Indonesia (Kaskus) langsung online. Saya cukup sibuk ditelepon teman-teman hahaha *calon Ibu Bupati!?*, dan Ika juga sibuk di telepon. Tetapi kemudian kami mengobrol, banyak cerita, hingga akhirnya kantuk memanggil. Kami punya rencana perjalanan ke Pantai Enabhara (lagi, untuk saya). Doakan semoga cuaca cerah.

Kaki Kereta. Saya dan Ika sama-sama ber-kaki-kereta. Senang sekali bila mendapat kesempatan pergi ke suatu daerah. Dan ternyata kami pun punya pemikiran yang sama : it's not about destination, it's about the trip. Bagaimana proses perjalanan/melancong itu lah yang terekam indah di benak kami. Bertemu orang baru, mendengar cerita mereka, menjalin persahabatan, pengalaman unik, dan lain-lain. Itu esensi kita melakukan perjalanannya. Jujur saya kadang iri dengan teman-teman yang masih bisa melakukan perjalanan jauh menggunakan kapal laut. Itu artinya mereka punya banyak waktu sedangkan saya? Jatah cuti selama duabelas hari sangat mepet untuk menggunakan kapal laut *sigh*

Saya, si Kaki Kereta. Bagaimana dengan kamu?


Wassalam.

12 Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

  1. makanya jadi freelancer dong, bisa kabur-kaburan. xixixixi.

    btw serangan balik udah ada di blog saya :p

    BalasHapus
  2. Iya, Bang... jadi freelancer saya nggak bakat hahaha. Terpaksa puas dengan cuti 12 hari ituh. Btw iya, saya sudah komen di blog Babang tuuuh... *yipie!*

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. sini ke jogja, ku kasih salak pondoh.
      NB: kalo lagi panen dan harganya murah :D

      Hapus
  4. melancong memang seru, lebih seru lagi kalau melancong dadakan setelah putus cinta...tsaaah *pengalaman jaman muda* :D

    BalasHapus
  5. btw, sudah 2 kali komentar namaku yang muncul Ragi Duta. Nulis nama sendiri aja salah, udah tua beneran ini :|

    BalasHapus
  6. Pengen banget seperti Tuteh, tapi sekarang susah, minimal ada satu anak yang ngikut :))))
    Tuteh memang kaki kereta, berani ke mana pun.

    BalasHapus
  7. Hah? nanya jenis kaki saya? mhmm...kaki dokar kali yah :D ...iya benar itu, bukan tempat tujuan melancongnya yang menjadi menarik tapi moment dan adegan2 yang diluar perkiraan ketika melancong yang lebih menarik sebenarnya :D

    BalasHapus
  8. Itu Bang Ragil Duta kenapa kurang huruf L jadi dua kali? Yang pertama sengaja, pasti. Yang kedua? Huahahaha... :D

    BalasHapus
  9. keren, salut sama kaki kereta
    kirain kaki kereta kakimu kapalan Teh, soalnya dulu waktu lagi belajar main gitar jarinya sering keretaan alias kapalan hehehe :D

    BalasHapus
  10. Iya kakak Linda :D hueheuheu kalo main gitar atau terlalu lama motoran, tangan / jari kapalan juga :D

    BalasHapus
  11. Kaki saya masih kaki gajah.. hihi.. Enak banget sih teh bisa travelling. Suatu hari pengen backpacking sama Ilham, Tuteh dkk..

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak